Mohon tunggu...
Anna R.Nawaning S
Anna R.Nawaning S Mohon Tunggu... Konsultan - Writer , Sociopreneur , Traveler and Education Enthusiast

Menulis -/+ 40 buku solo dan antologi-fiksi dan non fiksi diterbitkan oleh berbagai penerbit. Sertifikasi Penulis Non Fiksi BNSP http://balqis57.wordpress.com/about

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indonesia adalah Pusat Destinasi Pendidikan Islam Dunia, Jadi Santri Yuk!

24 November 2017   22:30 Diperbarui: 24 November 2017   22:38 1293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bpk.DR.H.Ahmad Zayadi di Stand Ponpes Al Ittihad yang koperasi-nya keren pisan (Dok.Pribadi)

KIndonesia adalah salah satu pusat peradaban dunia dan telah menjadi pusat destinasi pendidikan Islam dunia. Keren khan? Makanya sebagai warganegara Indonesia, yuk kita dukung generasi sekarang dan kedepannya menjadi santri millenial di Indonesia. Kamu yang masih berusia remaja, silakan deh dapatkan informasi tentang hal ini. Yang sudah menjadi orang tua juga mari berlomba-lomba mendapatkan informasi untuk generasi penerus-nya. 

Bahkan jika sudah dewasa-pun harus terus meningkatkan kwalitas diri serta melanjutkan pendidikan di bidang ilmu Islam, dan ilmunya dimanfaatkan untuk berbagi kepada generasi penerus di berbagai pondok pesantren di seluruh Indonesia. Penuh keberkahan sekali bahwa Indonesia bisa menjadi tujuan pendidikan bagi seluruh warga dunia. Sebelum era millenial, banyak terdengar kebanggaan orang tua yang anaknya menuntut ilmu di luar negeri. Namun di zaman now dan kedepannya akan terdengar kebanggaan bahwa anak-anak mereka belajar di pondok pesantren atau pendidikan tinggi Islam di Indonesia.

Indonesia  Salah Satu Pusat Peradaban Dunia

Indonesia memiliki keunggulanl dalam  jumlah lembaga pendidikan Islam di bawah Kementerian Agama, mulai dari madrasah (sekitar 75.000 lembaga), pesantren (28.000), hingga lembaga pendidikan tinggi keagamaan Islam (600). Sebagian besar lembaga-lembaga tersebut didirikan oleh yayasan-yayasan swasta dan ormas-ormas keagamaan, misalnya Al-Khairat, Al-Washliyah, Nahdlatul Wathan, Mathlaul Anwar, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Al-Irsyad, and Persatuan Islam (PERSIS).  

Sejarah pendidikan Islam di Indonesia telah menjadi saksi munculnya sarjana-sarjana (baca: ulama) Islam yang berpengaruh melalui karya-karya monumental mereka. Ulama-ulama tersebut antara lain Syekh Nawawi al Bantany (1813-1897), Syekh Yusuf al-Makassary (1626-1699), Syekh Nuruddin ar-Raniry (1658), Syekh Abdus Samad al-Falimbany (1704-1785), dan masih banyak lagi ulama besar lainnya. Hasil karya mereka masih menarik dunia pendidikan Islam di dunia.

Kekayaan khazanah (Islam) Nusantara telah sejak lama menjadi "laboratorium pengetahuan" bagi sejumlah peneliti manca negara. Thomas Stamford Raffles (1781-1826) dengan karyanya History of Java, Clifford Geertz (1926-2006) dengan teori antropologinya dalam the Religion of Java, dan Benedict Anderson (1936-2015) dengan teori politiknya dalam Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism, sekedar menyebut beberapa nama, merupakan para peneliti asing yang telah mengembangkan magnum opus mereka dengan melakukan penelitian di Indonesia.

Berdasarkan hal itu semua maka Indonesia layak mendapatkan pengakuan sebagai salah satu pusat peradaban dunia. Keberadaan Islam di Indonesia dengan berbagai sumber daya, baik manusia (intelektual), akademik (karya-karya ilmiah) maupun lembaga (ormas, sekolah, perguruan tinggi), patut diketahui secara lebih luas oleh masyarakat internasional.

International Islamic Education Expo 2017

Acara pameran dunia pendidikan Islam berlangsung pada tanggal 21 - 24 November 2017 dengan tema Pendidikan Islam Indonesia untuk Perdamaian Dunia . Beruntungnya 20 Kompasianer yang mendapat kesempatan diundang oleh Kementerian Agama RI Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren untuk mengetahui lebih mendalam tentang keberadaan Pendidikan Diniyah dan Pesantren di Indonesia. Begitu tiba di ICE BSD kami langsung menuju ke stand DITPDPONTREN. Di Stand ini kami disambut oleh sang tuan rumah, bahkan Bapak Dr.A.Zayadi selaku Direktur DITPDPONTREN menerima kami dan menjawab berbagai pertanyaan dari Kompasianer.

Dalam penuturan beliau saya jadi mengerti mengenai adanya 5 Rukun Pondok Pesantren, yakni :

  1. Adanya Pondok
  2. Adanya Masjid
  3. Adanya Pengajaran  Kitab-Kitab Klasik Islam
  4. Adanya Kyai
  5. Adanya Santri

Salah satu dari rukun tersebut tidak ada, maka belum dapat disetujui keberadaannya oleh pihak Kementrian Agama RI. Jadi perhatikan ya yang ingin mendaftarkan anak-anak atau kerabatnya ke pesantren. Selain itu, sudah menjadi kesepakatan bahwa pondok pesantren harus menjaga utuhnya NKRI dan Pancasila. Apabila ada pondok pesantren yang tidak menjaga NKRI dan Pancasila serta tidak memenuhi 5 rukun diatas, maka sebaiknya hindari saja. Toch kita ingin Pendidikan Islam Indonesia untuk Perdamaian Dunia .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun