Mohon tunggu...
Khoirotul Ula
Khoirotul Ula Mohon Tunggu... -

penikmat cerita pendek dan novel...\r\ntinggal di bojonegoro\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Politik Cinta Politisi, Sejenak Membaca Novel "Ciuman di Bawah Hujan"

20 Mei 2012   04:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:04 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kawan, masih ingatkah dengan seorang sastrawan keturunan Tiong Hoa yang meninggal tanggal 25 Desember tahun lalu??? tentu masih ingat, kan? iya, tidak salah lagi, dia adalah Lan Fang.

Beberapa karyanya memang cukup menggelitik, banyak mengandung kritik tapi -menurut saya- tidak menggurui. itulah kenapa karya-karyanya banyak disukai orang, bagi penikmat sastra dan pembaca cerita tentunya.

Untuk mengenangnya, meskipun ini bukan sesuatu yang patut untuk dikatakan sebagai sebuah persembahan untuknya, karena tulisan ini hanya sebuah coretan biasa, setidaknya  menurut saya.

Lan Fang, dalam karyanya yang dibukukan oleh Kompas Gramedia, Ciuman di bawah Hujan, menggambarkan sebuah romansa cinta dalam kehidupan politik. Dengan diilhami oleh filsafat politik yang diterapkan oleh Yukio Hatoyama, seorang Perdana Menteri Jepang yang mulai menjabat 16 September 2009, bahwa "politikitu cinta". Ia mencoba meramu sebuah prosa yang tertata seolah terjadi di kehidupan nyata. Dengan menyatakan bahwa apa yang ditulisnya mengalir begitu saja seperti lompatan sebuah ‘kebetulan’ menuju pada ‘kebetulan’ yang lain, atau malah merupakan ‘kebetulan’ yang bukan ‘kebetulan', menurut saya bukan sesuatu yang berlebihan. hehehe

Fung Lin, begitu nama tokoh wanita yang diceritakannya. Wanita yang berprofesi sebagai penulis. Yang juga bekerja sebagai jurnalis. Dia terpaksa harus berhubungan dengan pejabat. Sejak kecil ia mengagungkan pejabat. Tetapi setelah ia mengetahui bagaimana peran pejabat dalam “ permainan” politik yang kebanyakan orang mengatakan ‘busuk’, ia seolah sedikit menjauh.

Fung Lin, seorang wanita yang selalu bermimpi dan menantikan seseorang yang akan menciumnya di bawah hujan ini, suatu ketika bertemu dengan Ari, politisi bermata matahari yang tidak pernah mampu menatap asap. Pertemuannya dengan Ari, mengingatkannya akan sosok Anto, teman kuliahnya dulu. Laki-laki yang pernah mengisi relung hatinya yang sunyi. Laki-laki yang tidak pernah memandang remeh statusnya, walau Anto jauh lebih kaya dan terhormat ketimbang Fung Lin. Namun, karena ke-priyayi-an ibu Anto, terpaksa Fung Lin harus menghindarinya. Sebab ia sadar akan posisi dan status sosialnya. ( meski sudah zaman reformasi, orang kaya masih saja suka mempermasalahkan status sosial ).

Bukan karena wajah Ari mirip dengan Anto, tapi karena sikap Ari yang hangat, yang apa adanya dan tidak memandang ia rendahlah yang memaksanya menerawang dan melayang kembali ke masa lalunya itu. Kebiasaan Ari yang suka membawanya ke Kedai Kopi, membuatnyamenilai bahwa politisi itu tak seperti yang dibayangkannya. Mereka baik, tidak manipulatif, dan mudah bergaul.

Fung Lin, menjalin hubungan erat dengan Ari. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai politisi,yang pada saat itu sedang menyusun rencana kampanye, Ari selalu menyempatkan diri mendengarkan ocehan-ocehan dan cerita-cerita Fung Lin, cerita yang sedikit demi sedikit ditulisnya dan diramu menjadi sebuah karya sastra, novel. Sebab Fung lin memang seorang penulis, setidaknya dia menikmati hobinya menulis cerita.

Di saat ia menikmati pertemanannya dengan Ari, seorang politisi bernama Rafi datang. Sebuah pertemuan yang tergambar sebagai ‘kebetulan yang bukan kebetulan’. Seperti menemukan ‘jodoh’ dalam tatapan mata sekejab.

Rafi, yang juga politisi berkaki angin yang terjebak basah gerimis, merasakan getaran cinta pada Fung Lin. Wanita bermata sipit itu. Namun, layaknya politisi, dia merasa canggung untuk mengatakan cintanya. Rafi, sama halnya Ari, selalu mendengar ocehan dan harapan-harapan Fung Lin akan apa yang diinginkannya di saat hujan turun.

Terjebaklah Fung Lin dalam dilema, apakah ia harus memilih Ari sebagai laki-laki yang menyerupai Anto, masa lalunya, atau Rafi politisi yang senantiasa memperdulikannya dan selalu berusaha menuruti harapan-harapannya. Diatetap menjalin hubungan erat dengan Ari, tapi juga mesra terhadap Rafi.

Sampai suatu ketika, maut hampir merenggut nyawanya, gara-gara hubungannya dengan politisi yang kerap membahayakan dirinya,Rafi datang menolongnya. Dalamkeadaan setengah sadar, Rafi memeluknya. Tatkala hujan turun, Rafi berusaha membangkitkan semangatnya denganmemenuhi keinginannya, menciumnya di saat hujan turun, "Ciuman di bawah Hujan". Akhirnya kehidupan itu datang lagi, dan Fung Lin tertidur dengan begitu indah. Meski demikian bukan berarti Fung Lin akan memilih Rafi, ataupun Ari. Masih banyak pertimbangan yang harus ia pikirkan. Hanya saja, di cerita ini diakhiri dengan pelaksanaan pemilu yang diikuti oleh para politisi, untuk merebut kursi legislatif, termasuk Rafi dan juga Ari. Hari ini, dalam novel Lan Fang, tanggal 9 April 2009, ada hujan tanpa air.

Dengan bahasanya yang terkesan mudah dicerna, namun tidak meninggalkan ciri khasnya yang mendayu-dayu, Lan Fang menceritakannya secara apik dan berurutan,seolah pembaca melihat langsung kejadian itu. Sebuah karya fiksi yang patut diapresiasi, meskipun di akhir cerita pembaca masih tetap bertanya akan sedramatis apa akhir cerita ini.

Membaca novel ini, seperti membuka sisi lain dari sepak terjang politisi. Ternyata dalam politik tetap ada cinta, meskipun terkadang cinta acap kali dikomersialkan. Masih ada juga cinta yang tulus, berbungkus kain yang terlihat menakutkan, politik.

novel ini memang sudah lama sih, pertama kali terbit tahun 2010, tapi ceritanya tidak terlalu usang untuk dibaca, diambil pelajaran dan mungkin juga tetap menghibur bagi pembaca.

^_^

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun