Mohon tunggu...
ويجايا WNKS
ويجايا WNKS Mohon Tunggu... -

Luntang lantung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bad Parenting: Anak Tidak Hanya Butuh Ibu atau Ayah Saja

26 Januari 2014   11:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kasus pesohor Indonesia yang akan tidak mengijinkan suaminya untuk melihat anak perempuan mereka yang baru lahir dan mengutarakan niatnya untuk bercerai dari pasanganya seperti yang banyak dibicarakan ataupu diberitakan di acara hiburan TV serta Koran bertema hiburan tentu sangat menarik perhatian saya. Riuhnya statement dari pihak perempuan hingga si ayah serta statement dari pengacara kedua belah pihak boleh jadi membuat kita bertanya-tanya. Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa mereka berpisah saat pernikahan kurang dari setahun? Dimanakah kesalahan itu terjadi? Atau siapakah yang salah?

Saya tidak tertarik mengikuti berita siapa yang salah, atau apa yang salah dimana letak kesalahan mereka. Yang saya tertarik adalah keinginan pihak ibu dari ucapan-ucapan si ayah yang melarang atau tidak mengijinkan si suami (karena masih terikat pernikahan) untuk menengok, melihat anak mereka yangbaru lahir bahkan tentu saja tidak mengijinkan meletakkan nama keluarga si suami. Untuk hal yang terakhir saya tidak begitu perduli karena anak-anak tidaklah harus membawa nama ayah kecuali memang dipaksakan untuk diletakkan dibelakang nama si anak. Secara pribadi saya menyayangkan ego dan keinginan pihak perempuan karena sepertinya tidak ada jalan tengah mempertemukan si anak (yang masih bayi) dengan si ayah atau bahkan mengatur tempat dan jadwal peretemuan jika si ayah berkehendak.

Sebagai anak yang lahir dari hasil perkawinan yang sah tentulah si ayah juga wajib dan mempunyai hak untuk melihat, menengok bahkan tentunya mengasuh si anak tersebut. Walau secara biologis si ibu yang mengandung dan melahirkan tetapi peran serta si ayah tetaplah diperlukan baik saat masih terikat dalam suatu perkawinan ataupun bukan. Si anak berhak dan wajib mengetahu keberadaan si ayah dan kelak jika si anak cukup dewasa biarlah sianak menentukan sendiri apa yang mesti dilakukan.

Dalam konteks yang berbeda saya sendiri mengasuh dua anak saya dan sampai saat ini masih berhubungan dengan si ibu walau mungkin tidak terlalu mulus tetapi komunikasi pengasuhan anak tetaplah jalan. Semua ego mesti dikesampingkan agar sianak merasa nyaman dan mudah-mudahan bangga serta hormat kepada si orang tua serta ibu yang melahirkan mereka. Membiarkan si anak untuk mengambil keputusan serta mempertimbangkan apa yang terbaik untuk anak jauh lebih baik dibandingkan ego sendiri yang kadang memang tidak ada habisnya. Saat saya berada diluar negeri dimana kondisi lingkungan kerja saya tidaklah layak buat anak-anak yang baru tumbuh berkembang membuat saya meminta ibunya untuk mengasuh mereka. Paling tidak saya merasa mereka akan jauh lebih baik dengan ibu mereka dibandingkan ibu saya umpamanya atau bahkan para jasa pengasuhan anak professional yang bertebaran.

Sekarang anak-anak sudah besar dan mereka tidak lagi tinggal bersama dengan salah satu dari kami. Satu karena sudah 19 tahun maka dia tinggal sendiri dan si bungsu yang baru 14 tahun, tahun ini, tinggal sendiri di rumah kontrakan beserta sopir dan saya hanya berada di rumah tersebut hanya 3 malam dalam seminggu mengingat pekerjaan saya yang berada diluar wilayah sekolah si anak. Anak-anak secara rutin berhubungan dengan kami si ayah dan si ibu walau secara hukum kami tidak ada ikatan apapun tetaplah peran serta kedua orang tua menjadi tuntutan buat si anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun