Mohon tunggu...
WAYAN PUTRA
WAYAN PUTRA Mohon Tunggu... -

Pendidik yang beritikad profesional, masih sering gagal dan terus berproses, masalah hasil nanti saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Takut Kreatif, Antara Idealisme dan Konservatifisme

17 Agustus 2010   12:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:57 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Judul di atas mungkin terbilang serem, tetapi jika telaah lebih lanjut sejatinya terdapat dua kata yang penting yaitu Idealisme dan Konservatifisme. Idealisme menurut wikipedia mengandung pengertian   suatu paham yang bersifat sempurna berupa ide-ide, cita-cita     sedangkan konservatifisme mengandung pengertian lebih kepada suatu paham yang ingi mempertahankan status quo dari pada memunculkan ide kreatif dan inovatif. Kedua istilah tersebut penulis sengaja sandingkan untuk mewakili kegundahan hati saya melihat realitas lintas kehidupan. Suatu kenyataan hidup yang penuh dengan kontradiksi antara cita dan nyata. Berikut saya akan coba ungkapkan sedikit bahasan terutama yang menyangkut realitas kehidupan saya sebagai guru. Tulisan ini saya ketengahkan dengan gaya mengambang sehingga tidak ada pihak yang merasa tersinggung akan tetapi justru untuk terus intropeksi diri termasuk saya sendiri.

Beberapa pemikiran penulis, penceramah dan bahkan interpreneur pendidikan sungguh membawa sejuta harapan akan hadirnya suatu perubahan tata pelaksanaan pendidikan dalam segala lini. Wilayah kerja guru sebagai pebelajar adalah ruang lingkup wilayah yang harus dibenahi  untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran di kelas. Berbagai metode, pendekatan, media dan seabrek istilah strategi /cara dalam membelajarkan siswa telah kita simak, pelajari, dan terapkan. Dan itu semua adalah idealisme dari para pemikir dari para pakar pendidikan yang sudah barang tentu sudah lulus uji coba melalui suatu kajian ilmiah yang mendalam dan komprehensip.

Sementara dalam tataran pelaksanaannya terkadang tidak semua pihak sepaham, seia sekata dengan kehendak kreatif dan inovatif. Hal tersebut datang dari beberapa arah baik diri sendiri, birokratik  dan kolega. Dalam hal ini kita sebagai guru seolah berdiri di antara paham idealisme yang merupakan suatu pemikiran , harapan dan cita-cita, dengan paham konservatif yang masih kental baik dari dalam diri maupun lingkungan.  Pemikiran konservatif identik dengan budaya lama yang memerlukan kesabaran, keuletan dan keberanian untuk mendobrak menuju kemajuan yang kreatif dan inovatif. Sehingga seolah kita terkadang berpolemik dalam hati kita antara berani dan tidak.  Kenapa kita terkadang enggan melakukannya padahal hal itu baik dan sangat dianjurkan ?  Kalau boleh saya istilahkan hal tersebut adalah suatu ketakutan untuk berinovasi kreatif.  Terkadang kalau dibandingkan kita akan lebih berani berhutang di bank ketimbang keberanian untuk berinovasi.

Menurut penulis ketakutan tersebut muncul karna faktor lemahnya daya tawar idealisme dalam ranah budaya lama atau konservatifisme. Penyebabnya mungkin karna jumlah penganutnya masing-masing, dukungan eksternal baik polecy dan financial. Padahal kalau dilihat urgensi pelaksanaan penerapan idelisme menjadi pelaksanaan pembelajaran yang inovatif dan kreatif adalah sangat prioritas tetapi secara dominan masih saja kalah dengan yang konservatif.  Masalahnya dimana ? Adakah yang salah dengan pemerintah ? Guru itu sendiri atau bahkan masyarakat ?

Mari kita berfikir lagi, kalau seandainya yang salah itu adalah guru maka permasalahan menjadi agak mudah sebab solusinya menjadi lebih fokus dan kemungkinan tepat sasaran sangat besar, jika pemerintah yang salah yaaa tinggal merubah kebijakan yang memerlukan dukungan politis saja, tetapi jika ketiganya ada masalah maka solusinya menjadi sangat rumit karna sudah menyentuh budaya, birokrasi yang bersifat sistemik.

Nah sekarang tinggal kita sama sama berintropeksi saja termasuk saya .

www.baliteacher.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun