Pada akhir bulan Maret 2019, perusahaan asal Korea, PT Uvision Daehyup Indonesia akan menggantikan sumber energi mesin pengering cocofiber dengan gasifier mini (gasmin) batubara, hasil inovasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara.
Tim BLU Tekmira akan segera memproduksi gasmin tersebut selama dua minggu ke depan. Gasmin yang dipesan berkapasitas 30 kilogram ditambah, penambahan instalasi heat exchanger, pemipaan, pemasangan, instalasi alat dan perangkat lainnya.
PT Uvision Daehyup Indonesia memproduksi cocofiber yaitu serat kelapa yang dapat dibuat menjadi media tanam, tali tambang sampai pengisi jok mobil mewah. Cocofiber dibuat dengan proses pengeringan, penguraian, penyaringan dan pengepresan. Perusahaan yang berlokasi berlokasi di Cikoneng, Jawa Barat ini melakukan proses pengeringan menggunakan mesin bertenaga listrik PLN sehingga biaya operasional untuk energi pemanas sangat tinggi.
Mesin pengering cocofiber perusahaan ini beroperasi nonstop selama 24 jam per hari dari hari Senin sampai Sabtu. Selama ini sumber energi yang digunakan adalah tenaga listrik kapasitas 120 kwh dengan biaya produksi Rp. 170.840 per jam. Rata-rata biaya konsumsi listrik per bulan mencapai Rp. 102.504.000,- atau sekitar Rp. 1.230.000.000,- per tahun.
Pada 24 Februari 2019, Tim Badan Layanan Umum (BLU) Tekmira mempresentasikan perbandingan biaya bahan bakar bila mesing pengering menggunakan tenaga listrik maupun gasmin. Gasmin menggunakan batubara yang digasifikasi yang kemudian dibakar pada burner untuk sumber energi pada pengering cocofiber. Biaya batubara dan listrik yang dibutuhkan untuk mengoperasikan gasmin sekitar Rp. 60.000,- per jam. Rata-rata biaya produksi menghabiskan sekitar Rp. 36.000.000,- per bulan atau sekitar Rp. 432.000.000,-. Perhitungan ini masih belum memperhitungkan biaya tambahan, di antaranya penambahan tenaga operastor gasmin dan biaya lainnya. Tim BLU Tekmira merekomendasikan tingkat efisiensi gasmin pada industri ini minimal 40 persen hingga 50 persen.
Pemilik PT Uvision Daehyup Indonesia pun tertarik untuk beralih ke Gasmin karena selisih efisiensi biaya yang didapatkan cukup besar. Sebelumnya perusahaan ini juga mempertimbangkan testimoni positif dari perusahaan pengering kayu di Ciamis, yang telah menggunakan gasmin terlebih dahulu. (ER)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H