[caption caption="Ilustrasi - sanksi untuk Rusia (Shutterstock)"][/caption]Dalam kehidupan ini, saya kira apa saja ada sisi positifnya meski kita sedang mengalami hal-hal yang menyakitkan. Hal-hal yang menyakitkan tersebut jika diolah dengan baik saya kira akan membawa berkah atau hal positif.
Sejak tahun 2014, setelah Crimea referendum dan memilih bersatu dengan Rusia dan diikuti oleh daerah Ukraina Timur yang juga menginginkan integrasi dengan Rusia, Barat dalam hal ini Amerika dan Eropa Barat memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Rusia. Namun, sanksi ini tidak benar-benar efektif karena pada realitasnya, Eropa Barat terutama Jerman mempunyai ketergantungan impor gas dari Rusia. Selain masalah oil dan gas, perdagangan lainnya dilarang.
Akibatnya ekonomi Rusia jatuh, tapi yang membuat lebih jatuh adalah jatuhnya harga oil dan gas karena Rusia memang mengandalkan ekspor oil dan gas, dan Rusia memang produsen oil terbesar kedua setelah Arab Saudi. Ekonomi Rusia saat ini masih government driven atau ekonomi utamanya masih dipegang oleh negara, yaitu oil gas dan peralatan militer.
Setelah beroperasi di Suriah untuk menumpas teroris dan mendesak pemerintahan lokal Syiria menuntaskan sendiri masalahnya terutama lewat diplomasi, Rusia telah 6 bulan beroperasi langsung di Suriah. Selain menunjukkan canggihnya sistem senjata mereka secara riil dan langsung, tentara Rusia juga diuntungkan mempunyai pengalaman tempur secara riil dan langsung.
Beberapa kali Rusia menunjukkan kelasnya sebagai produsen senjata kelas kakap dan sebagai eksportir senjata terbesar kedua setelah Amerika Serikat, misal dari kapal yang berjarak 1.500 KM mampu menembakkan rudal cerdas yang tepat sasaran, dan juga dari kapal selam berjarak ribuan kilometer dari target, misil Rusia mampu melumpuhkan target dengan tepat. Di kesempatan lain, ada bukti dan kejadian menarik, dari video Youtube yang tersebar, ternyata tank T90 Russia ternyata kebal dan tidak dapat dihancurkan oleh TOW antitank buatan Amerika.
Perang kali ini memang perang dengan tranparansi informasi, tidak seperti dulu ketika perang beritanya disaring. Namun, saat ini siapa saja bisa merekam kejadian perang lewat smartphone dan mengunggahnya di Youtube.com.
Dengan demikian saat ini dan tahun tahun mendatang, Rusia kebanjiran order peralatan militer. Ini artinya ekonomi Rusia akan bisa membaik karena ditunjang ekspor militer yang nilainya naik secara signifikan. Hal ini persis seperti statemen wakil PM Rusia, bahwa pertumbuhan ekonomi Rusia jangan hanya tergantung dari dicabutnya sanksi ekonomi oleh Amerika dan EU, tapi berusaha mencari cara sendiri untuk tumbuh.
Sanksi ekonomi terhadap Rusia juga dibalas oleh Rusia yang melarang impor barang dari Amerika dan EU sehingga banyak produk Amerika dan EU hilang dari Rusia. Hal ini ternyata mendesak produsen lokal lebih kreatif membuat produk pengganti dari lokal. Misal impor keju sudah tergantikan oleh buatan dalam negeri yang dibuat dari kelapa sawit. Selain itu, Rusia juga mengundang negara dunia ketiga agar melakukan ekspor terutama hasil pertanian ke Rusia. Tawaran ini pernah juga ditujukan ke Indonesia, baik ekspor hasil pertanian atau dalam masalah tourism, bahkan Indonesia Rusia bersepakat akan mendirikan penerbangan langsung Jakarta Moscow yang sangat didukung oleh Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti. Rusia memang melakukan larangan wisata ke sejumlah tempat, misal ke Mesir karena dianggap tidak aman.
Ekonomi Rusia sendiri pada tahun 2015 mengalami defisit. Tahun 2016 diprediksi akan mengalami defisit lagi, baru tahun 2017 di forecast akan mengalami pertumbuhan kembali. Namun, meski defisit, ekonomi Rusia dianggap aman karena kecilnya jumlah hutang luar negeri dan ekonominya banyak dikuasai oleh ekonomi domestik dan kepemilikan modal dalam negeri. Hal ini agak berbeda dengan Indonesia yang ekonominya domestik namun modal/kapitalnya banyak dari Asing.
Sanksi ekonomi kali ini bisa dimanfaatkan secara positif oleh pengusaha lokal untuk memproduksi barang-barang yang sebelumnya impor, terutama produk pertanian diperkirakan akan booming di Rusia pada tahun 2017. Sebelumnya atau sebelum sanksi, Rusia banyak mengimpor produk pertanian, namun di tahun 2017 diperkirakan pasokan dari dalam negeri akan melimpah.
Dalam sejarah sanksi ekonomi, sanksi tidak hanya diberikan kepada Rusia, tapi Iran dan Korea Utara juga diisolasi karena mengembangkan nuklir. Dampak sanksi ekonomi ke Iran juga bagus. Iran meski menjadi negara kaya oil dan gas, hanya mengekspor sekitar 5% terhadap oil dan gas. Artinya, Iran tidak mengandalkan ekonomi oil dan gas.