New World Order - Multipolar Currency
Oleh Wawan Setiawan
----
Ide ini dilempar oleh Presiden Russia Vladimir Putin, yang kecewa karena sistem perdagangan dunia hanya memakai 1 mata uang, yaitu usd Amerika, dengan demikian Amerika telah menjadi parasit bagi seluruh dunia, karena mata uangnya digunakan sebagai alat perdagangan dunia. Putin menginginkan multipolar, atau beragam mata uang untuk transaksi dunia dan reserved currency selain dengan emas
Akhir akhir ini Russia dan China juga memborong emas dunia dalam skala besar, untuk alternative cadangan devisa negara mereka. Ini membuktikan Russia dan China pelan pelan ingin meninggalkan mata uang USD.
Pelan tapi pasti, sistem ekonomi dunia berubah, usd sudah tidak digunakan di EurAsia, atau negara negara pecahan USSR, USD juga tidak digunakan di transaksi bilateral beberapa negara misal Russia dengan China, Russia dengan India, dan dari yang saya baca kemaren termasuk kerjasama bisnis antara Russia dengan Indonesia. USD juga telah ditiadakan di BRIC, Kerjasama Brazil Russia India dan China. Kemungkinan besar kerjasama ASEAN dan Russia kemaren di Sochi, juga membahas kerjasama yang tidak menggunakan mata uang USD Amerika,
Indonesia sendiri sudah cukup lama menggunakan transaksi bilateral menggunakan mata uang yuan/renminbi jika bertransaksi dengan China, atau negara ASEAN, karena Yuan/Renminbi cukup kuat dan stabil, sehingga cukup aman dijadikan mata uang kawasan, bahkan Zimbabwe menggunakan Yuan/Renminbi sebagai mata uangnya.
Dengan demikian, pelan tapi pasti mata uang dunia tidaklah terjerat ke dalam mata uang USD dan Euro saja, tapi multipolar. Sejarah Euro sebenarnya juga merupakan sejarah perlawanan mata uang eropa yg ketika itu melemah terus jika dihadapkan dengan USD, maka dibentuklah Euro agar mata uang negara negara eropa cukup stabil dan kuat jika dikomparasi dengan USD. Dalam sejarahnya 1 Euro pernah mencapai 1.4 USD, ini titik terkuat Euro.
Jika setiap negara atau kawasan ekonomi konsisten melakukan perdagangan dengan mata uang bilateral dan tidak menggunakan USD lagi, pelan tapi pasti nilai USD akan jatuh, namun tampaknya ini bukan jangka pendek, karena China, Russia juga salah satu pemegang surat utang Amerika dalam mata USD Amerika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H