Mohon tunggu...
En. Habibie
En. Habibie Mohon Tunggu... -

Sayangilah yang ada di bumi .. maka kamu akan di sayangi .. oleh yang ada di langit ..

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Manusia dan Kebutuhannya

18 April 2014   14:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:31 903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia dan Kebutuhannya

Eksistensi manusia memang tidak ada habis-habisnya menjadi persoalan yang membayang-bayangi fikiran manusia itu sendiri. Penafsiran mengenai unitas dan kompleksitasnya pun menjadi perdebatan yang panjang dan tidak ada titik akhir dari kontradiksi tersebut. Kebutuhan, emosi, tingkah laku serta implus-implus yang melatarbelakangi manusia bergerak sesuai keinginannya pun tentunya sangatlah beragam. Wajar jika manusia memiliki sifat universal, memiliki dimensi keberagaman yang sangat luas. Kebingungan yang menghantui fikiran manusia akan dirinya sendirinya pun semakin sulit untuk diterka, dan itulah manusia.

Daripada pembahasan kita terjebak di lorong yang gelap karna sulit untuk menemukan titik terang dari pembahasan eksistensi manusia, alngkah baiknya jika kita mengawali proses pada pembahasan kali ini tentang hal-hal yang berkaitan erat bagaimana manusia itu melakukan hal-hal yang ia inginkan, karena apa yang melatarbelakangi mereka bertingkahlaku adalah sebuah miniature daripada eksistensi manusia itu sendiri.

Pendapat yang dilontarkan dari para filsuf dan psikolog mengenai kebutuhan mendasar manusia pun sangatlah beragam; Sigmund Freud, G. W. Allport, Carl Gustav Jung, Alfred Adler, Kurt Lewin dll, tentunya memiliki filosofi berpikir dan background keilmuan yang berbeda-beda. Maka bagi saya dalam memahami ilmu psikologi itu merupakan ilmu seni yang berupaya untuk mencari titik koordinat yang sama dari pemikiran yang berbeda.

Berawal dari pemikiran Kurt Lewin, ia adalah seseorang yang berasal Polandia. Coretan keilmuan Kurt Lewin ini berawal dari Universitas Frieberg dimana ia bergelut dengan dunia kedokteran. Setelah ia melenyelesaikan studi tentang ilmu kedokteran, Dia pindah ke Universitas Munich untuk belajar biologi. Maka tak heran ketika ia mencoba mencetuskan teori tentang segala sesuatu yang melatarbelakangi manusia melakukan kebutuhannya, ia cenderung menggunakan disiplin ilmu biologi, sama halnya ketika perkembangan yang ada di dalam diri manusia merupakan sesuatu yang tidak lepas dari gejala biologis.

Karena keilmuan Kurt Lewin ini sebagian besar pengetahuannya tentang konsep-konsep ilmu Biologi, maka tak heran ketika Lewin menjelaskan tentang perihal dinamika kepribadian seseorang, ia cenderung menggunakan pendekatan IPA ( ilmu pengetahuan alam ), yaitu meliputi energy, tension, need, valence, dan force (vektor).

Bagi Lewin, energy ini muncul ketika seseorang akan melakukan gerak, namun dalam istilah Psikologi energy ini lebih dikenal dengan energy psikis.

Tension, bagi Lewin tension dalam ilmu pengetahuan alam (IPA) diartikan sebagai suatu tegangan yang bekerja. Tetapi ketika Lewin mengaitkannya pada ilmuPsikologi, ia mengartikan bahwa tension merupakan suatu keadaan pribadi tertentu. Contohnya ketika orang menghadapi masalah tertentu, dan tentunya ia akan berfikir, mencari solusi dan membuat strategi serta taktik yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Ketika manusia memusatkan tenaga serta pikirannya untuk mencari sebuah solusi, seseorang tersebut mengalami tegangan (tension) pada salah satu system tertentu. Tegangan itu terjadi guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya. Untuk mengurangi tegangan yang terjadi orang tersebut melakukan proses berfikir. Ketika didapatkan suatu solusi dan pemecahan masalah, energy dan tegangan merata sehingga pribadi orang tersebut kembali seimbang. Dengan demikian ketika salah satu dari system yang berada dalam diri seseorang mengalami tegangan, maka system yang lain cenderung menyeimbangkan dengan system yang tegang tadi.

Need, diartikan sebagai keadaan tertentu yang mengalami tegangan ( tension ) yang kekuatannya meningkat. Keadaan kebutuhan ( need ) yang dapat meningkatkan tension. Kebutuhan ( need ) ini mencakup aspek pemenuhan akan kebutuhan fisik contohnya ketika seseorang lapar ketika perutnya kosong. Keadaan seperti ini merupakan kebutuhan fisiologis orang yang bersangkutan. Dengan kata lain seseorang membutuhkan makanan ketika ia merasakan lapar.

Valence, Lewin memberikan pengertian valence ialah sesuatu yang bertugas memberikan arah gerakan dalam lingkungan psikologis yang terdapat di dalam setiap pribadi seseorang. Lebih jelasnya Lewin menyatakan bahwa valence tidak memberikan dorongan pribadi untuk dapat bergerak dalam lingkungan psikologis, tetapi hanya sebatas memberikan arah gerakan dalam lingkungan psikologis.

Force ( vector ) di atas telah disinggung bahwa valence bertugas untuk memberikan arah geraakan yang terdapat didalam diri seseorang. Sedangkan yang bertugas yang mendorong suatu gerakan dalam lingkungan psikologis ialah force. Dalam ilmu pengetahuan alam (IPA), suatu gerakan dapat terjadi ketika terdapat suatu kekuatan yang cukup besar sehingga benda tersebut bergerak. Demikian pula dalam ilmu Psikologi, gerakan yang terjadi didalam diri seseorang terjadi ketika terdapat kekuatan yang cukup besar yang mendorong pribadi untuk melakukan gerakan. Selanjutnya kekuatan-kekuatan tersebut berkoordinasi dengan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, sehingga terjadinya suatu pergerakan transisif yang dialami oleh pribadi.

Locomotion (gerakan) Lewin menggambarkan sebuah contoh nyata dari locomotion ini yang tentunya ditinjau dmenggunakan kaca mata Psikologi, misalnya ketika seseorang berjalan melintasi mal dan melihat baju yang sangat bagus. Setelah melihat baju yang sangat bagus tersebut, seseorang tersebut berkeinginan untuk bisa memilikinya. Dalam peristiwa tersebut Lewin menjelaskan bahwa adanya suatu kebutuhan yang sifatnya primer, dengan demikian seseorang tersebut akan mengalami tegangan akan kebutuhannya tersebut sehingga nantinya termanifestasi oleh prilaku ingin memiliki baju tersebut.

Jadi, manusia tidak akan lepas dari segala aspek yang melatarbelakangi akan kebutuhan fisiologisnya. Tergantung bagaimana kita mengontrol prilaku, serta diri kita sendiri. Bagaimana pun juga kebutuhan-kebutuhan akan pemenuhan fisiologisnya merupakan miniature kecil dari keadaan kepribadian, mental serta watak seseorang, dan itu mempunyai kaitan tertentu akan eksistensi manusia.

Wallahu A’lam ..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun