Mohon tunggu...
Politik

Kaum Intelektual sebagai Sapu Bersih dalam Dunia Politik

3 Februari 2018   15:30 Diperbarui: 3 Februari 2018   15:44 2172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kaum intelektual adalah kumpulan orang-orang yang berilmu yang tidak pernah puas dengan segala usahanya yang dilakukan, dengan ini mereka terus melakukan proses untuk menjadi baik dan lebih baik lagi. Kaum intelektual mempunyai kecerdasan, kepandaian, dan akal yang kreatif dalam memecahkan suatu problem. Kaum intelektual juga bisa terjun di mana saja dan kapan saja. Seorang intelek bisa mempresentasikan apa yang ada di pikirannya yang lebih tinggi berkenaan dengan kecerdasan dalam ilmu pengetahuan. 

Kaum intelektual bisa disebut juga dengan kaum terpelajar dan kaum yang mampu membuka cakrawala Intelektual dan kultur Ilmiah. Kaum Inteletual adalah  agent of change dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang dimiliki dan ilmu tersebut dapat direalisasikan ke masyarakat dan lingkungan dalam pemechan suatu masalah.

Saat ini lagi gencar-gencarnya masalah politik di negara kita Indonesia. Politik tidak bisa lepas dan pergi dari negara kita yang memakai sistem demokrasi. Menegakkan hukum saja politik masih ikut berkecimbung diranah hukum. Hukum dan politik saling berinteraksi satu sama lain. Kedua bidang tersebut mempunyai keterkaitan. Penegak hukum harus bisa berpolitik dalm memecahkan suatu masalah atau menegakkan hukum. Akan tetapi dalam realitanya politik juga dapat berdampak negatif dalam menegakkan hukum dindonesia.

Dampak negatif dari politik terhadap hukum adalah seorang praktisi hukum tidak bisa berlaku adil dalam mengakkan hukum. Bukan kah hukum itu harus adil, tidak membedakan ras, kelompok, agama, budaya dan tingkat  ekonomi seseorang. Jika seorang pejabat salah harusnya benar-benar diselasaikan secara hukum dan mendapat sangsi tegas. Akan tetapi dengan adanya kepentingan politik hukum tidak bisa ditegakkan dengan adil. Dalam hal ini kaum intelektual harus terjun dan memecahkan masalah keadilan dalam hukum.

Para praktisi hukum harus mempunyai jiwa intelektual yang tinggi. Mahasiswa- mahasiswa yang saat ini lagi menempuh program studi ilmu hukum harus bisa meningkatkan kemampuan intelektualnya. Jadilah praktisi hukum yang berintelektual agar bisa berpolitik secara cerdas dan menegakkan hukum seadil-adilnya. Seorang praktisi hukum yang berintelektual dapat dengan cepat menyelesaikan kasus-kasus yang ada di indonesia. Ssperti halnya dengan bapak Mahfud MD yang sebagai ketua Mahkamah Konstitusi yang sudah banyak menyelesaikan kasus-kasus besar yang ada diindonesia. Beliau adalah seoarng intelek hukum yanng dalm menegakkan suatu hukum tidak mempedulikan kepentingan politik.

Kaum intelektual juga sangat berpengaruh membersihkan politik di indonesia yaitu dalam hal berdemokrasi. Dapat kita lihat realita saat ini dalam pemilihan lingkup kecil saja yaitu pemilihan kepala desa ternodai dengan pemilihan yang sistemnya menyogok warganya untuk memilih. Para calon kepala desa saling berkompetisi dalam hal songok menyogok. Bagi calon kepala desa yanng menyogoknya lebih banyak maka ada kemungkinan akan dipilh menjadi kepala desa. Hal ini sangat miris sekali, mereak memilih bukan karena kecerdasan. Kecerdasan sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin karena dengan kecerdasan bisa memecahkan problem-prolem yang ada dimasyakat desa.

Dengan ini para kaum intelekttual harus berperan dalam sistem demokrasi diIndonesia. Dan untuk Komisi Pemilihan Umum harus bisa memilih calon-calon pemimpin yang berinteltual jangan hanya mementingkan kepentingan politik saja. Bisa juga pejabat-pejabat yang ada di KPU adalah orang-orang berintelektual agar bisa memilih para pemimpin yang benar-benar pantas untuk menjadi pemimpin dengan kecerdasan yang dimiliki dan ilmu pengetahuannya yang banyak. Kaum inteltual harus mulai dari saat ini untuk bisa menyapu noda-noda hitam yang ada didunia politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun