Mohon tunggu...
Baldwine Honest G
Baldwine Honest G Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Pendidik, Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Learning Loss pada Anak Usia Dini

13 November 2021   21:36 Diperbarui: 13 November 2021   21:56 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum masa pandemi, anak usia dini dengan riangnya pergi ke sekolah. Belajar seraya bermain bersama teman-teman dan ibu guru membuat  semua aspek perkembangan anak bisa terstimulasi dengan baik. Namun di masa pandemi, semua lembaga sekolah tutup dan pembelajaran dilakukan secara darimg. Untuk orangtua yang memiliki anak usia dini, mayoritas tidak menyekolahkan anaknya di lembaga prasekolah, dikarenakan dianggap tidak penting dan juga apabila dilaksanakan secara daring, maka terasa tidak optimal, karena peran orangtua harus maksimal, sementara banyak kendala dalam pelaksanaannya.

Dampaknya adalah, apa yang biasa disebut dengan Learning Loss. Learning loss adalah istilah yang digunakan untuk menyebut hilangnya pengetahuan dan keterampilan, baik itu secara umum atau spesifik, atau terjadinya kemunduran proses akademik karena faktor tertentu, yang dalam hal ini  karena pandemi covid 19, yang sudah berjalan hampir 2 tahun.  Peran orangtua sebenarnya adalah memang guru pertama bagi anak, jadi semestinya learning loss tidak terjadi, hanya saja, dikarenakan anak yang biasanya lebih menurut dengan ibu guru mereka dibandingkan dengan orangtua di rumah, kemudian kelelahan orangtua dan stress juga menjadi faktor terjadinya learning loss tersebut.

Apa saja learning loss pada anak usia dini ? Tentu saja di enam aspek perkembangan mereka. Misalnya berkurangnya kebiasaaan dan karakter baik yang biasa diajarkan di sekolah, anak kurang aktif bergerak, juga kurangnya kegiatan kreatifitas, sehingga motorik anak tidak berkembang, konsentrasi menurun dikarenakan terlalu banyak bermain gawai, Penguasaan kosa kata baru yang rendah,  karena  kurangnya komunikasi dengan orang lain,  emosi tidak stabil, anak mudah tantrum, sosialisasi dan empati berkurang karena tidak adanya interaksi dengan teman, aspek seninya juga berkurang.

Dengan adanya Pertemuan Tatap Muka kembali di sekolah, walaupun terbatas, maka sudah saatnya kita semua berupaya dalam mengatasi Learning Loss atau ketertinggalan tersebut. Peran dari semua pihak harus bisa saling berkolaborasi. Kerjasama dan komunikasi sekolah dan orangtua untuk  bersama mendidik dan mengasuh anak usia dini harus dikuatkan kembali. Transisi peralihan dari pembelajaran daring ke tatap muka, maupun dari yang menunda anaknya bersekolah, ke kembali ke sekolah tentu saja membutuhkan proses dan kesabaran. Kebiasaan 'mager" atau malas gerak karena terlalu lama berada di rumah, harus dihilangkan, Aktifitas pagi sebelum ke sekolah dibiasakan kembali di keluarga, misalnya bangun pagi, persiapan sekolah, sarapan yang bergizi dan mengantar jemput anak . Lingkungan sekolah dan keluarga dibuat nyaman dan menyenangkan bagi anak. 

Walaupun kondisi sudah memungkinkan untuk tatap muka, namun protokol kesehatan baik di sekolah, maupun lingkungan luar sekolah harus tetap benar-benat diterapkan. Ibu guru dan orangtua sudah wajib di vaksin, tempat cuci tangan dan kebersihan sekolah harus dijaga. Pola hidup bersih dan sehat sudah menjadi kebiasaaan, dan dicontohkan oleh orang dewasa disekitar anak. Memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan pembelajaran terbatas wajib dilakukan. Bagi yang memang tidak sehat atau dalam kondisi sakit, demi kepentingan berasama tidak perlu hadir di sekolah Semua belum ideal seperti sebelum pandemi, tapi dalam segala keterbatasan, jangan sampai mengorbankan pendidikan anak-anak.

"It takes a village to raise a children" , perlu upaya dari semua pihak untuk pendidikan anak. Pandemi atau situasi apapun tidak bisa dijadikan alasan dan membuat anak-anak kita tertinggal perkembangannya. Tetap berusaha, tetap ada upaya, agar learning loss pada anak usia dini bisa diminimalkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun