Mohon tunggu...
Baldus Sae
Baldus Sae Mohon Tunggu... Penulis - Dekonstruktionis Jalang

Pemuda kampung. Tutor FIlsafat di Superprof. Jurnalis dan Blogger. Eks Field Education Consultant Ruangguru. Alumnus Filsafat Unwira. Bisa dihubungi via E-mail baldussae94@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bunda Ratu Sang Perempuan Tangguh

13 November 2020   10:11 Diperbarui: 13 November 2020   10:12 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sumba di mata dunia dikenal sebagai potongan surga tersembuyi dan pulau terindah di dunia. Bagaimana tidak, bentang alamnya yang menawan dan keaslian budayanya yang masih terjaga menjadi ciri unik yang membedakan Sumba dari yang lainnya. Belum lagi motif-motif tenunnya yang beragam dan menggugah selera estetik. Sumba sungguh memanjakan mata.

Namun demikian, di balik indahnya alam dan kelestarian budayanya, Sumba menyimpan seribu satu persoalan. Perkelahian antar suku, pembunuhan, perampokan dan sederetan tindakan kriminal lainnya masih sering terjadi di bumi Sandlewood ini. Diskriminasi terhadap perempuan misalnya mencuat dalam pemberlakuan kawin tangkap.

Dalam konteks kebudayaan, sumba berciri masyarakat patriarkat. Dengannya, kedudukan perempuan dipandang rendah dan tidak dilihat sebagai mitra sederajad kaum laki-laki. Dominasi laki-laki tidak hanya terjadi di bidang adat-istiadat tapi juga merambah ke wilayah politik. Perempuan seolah dipaksa hanya bergerak di ranah privat.

Baldus Sae
Baldus Sae
Cerita tentang perempuan Sumba nyatanya tidak melulu pilu. Ada juga perempuan yang berani "melawan" untuk merebut ruang publik. Bunda Ratu Wula Talu adalah salah satunya. Keterlibatannya dalam dunia politik menumbangkan anggapan klasik bahwa perempuan adalah manusia kelas kedua yang tidak punya kompetensi untuk mengurus kebijakan publik.

Keterlibatan Bunda Ratu dalam dunia politik bukan sekedar memenuhi kuota 30 % perempuan sebagaimana disyaratkan undang-undang. Kehadirannya di parlemen adalah bukti kebangkitan perempuan Sumba. Menumbangkan anggapan bahwa perempuan tidak punya kompetensi lebih untuk berkiprah di dunia politik.

Bunda Ratu yang kini menjadi anggota Komisi IX DPR RI adalah satu-satunya perempuan Sumba yang duduk di parlemen. Sebagai wakil rakyat, Bunda Ratu sungguh menyadari tugas dan tanggungjawabnya. Di sidang-sidang Dewan, Bunda Ratu bersuara lantang menyuarakan aspirasi rakyat. Lobi-lobi politiknya menghasilkan banyak manfaat untuk rakyat Sumba khususnya dan NTT umumnya.

Di masa resesnya, Bunda Ratu terjun langsung menyapa rakyatnya, menyerap aspirasi untuk selanjutnya diperjuangkan di sidang dewan. Pandemi Covid-19 yang kian mewabah, tidak menjadi alasan baginya bersua rakyat. Mendengar langsung cerita-cerita pilu dari rakyat yang diwakilinya.

Beragam kerja nyata sudah dibuatnya. Pembangunan Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas, pemberian bantuan, sosialisasi dan semacamnya menjadi bukti bahwa kehadiran Bunda Ratu di perlemen sungguh memberikan kontribusi.

Sebagai wakil rakyat, Bunda Ratu tak mampu berjalan sendiri. Sudah saatnya kita berjalan bersama. Mendukung kerja-kerja nyata Bunda Ratu sembari mendoakannya agar senantiasa amanah dalam mengemban tugas mulia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun