Mohon tunggu...
Baldus Sae
Baldus Sae Mohon Tunggu... Penulis - Dekonstruktionis Jalang

Pemuda kampung. Tutor FIlsafat di Superprof. Jurnalis dan Blogger. Eks Field Education Consultant Ruangguru. Alumnus Filsafat Unwira. Bisa dihubungi via E-mail baldussae94@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menolak Anies Baswedan, Mengapa Tidak?

14 November 2017   00:15 Diperbarui: 14 November 2017   11:53 1754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Hari ini, lagi-lagi orang nomor satu di DKI Jakarta, Anis Baswedan ditimpa kemalangan yang cukup berarti.  Di depan khalayak, Anis "ditampar" dengan cara yang tidak biasa. Tentu ini sangat menyakitkan. Kejadian hari ini seakan menyematkan pesan bahwa Anis tak layak menjadi pemimpin. Integritas kepemimpinan Anis dipertanyakan.

Sebagaimana dilansir CNN Indonesia, Sabtu (11/11), pada perayaan peringatan 90 tahun berdirinya Kolese Kanisius di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Ananda Sukarlan dan ratusan alumni lainnya meninggalkan ruangan ketika Anis sedang berpidato. Ananda mengaku tidak setuju dengan kehadiran Anis. Penolakan terhadap Anis ini dikarenakan Anis meraih jabatan sebagai Gubernur dengan cara yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kanisius. Integritas seorang Anis dipandang bertentangan dengan apa yang telah diajarkan di Kolese Kanisius.

Mencermati aksi "heroic" Ananda Sukarlan hari ini, apa dan bagaimana kita memaknainya? Adakah yang salah dengan dengan aksi ini?  Bukankah rakyat mesti menghormati pemimpinnya, sebagaimana anak menghormati orangtuanya? Jika nilai-nilai Kanisius (baca : Kemanusiaan) menjadi alasan Ananda melakukan walk out bukankah paradoks dengan aksi Ananda hari ini? Mungkinkah semasa di Kanisius Ananda diajarkan untuk memperjuangkan kemanusiaan dengan cara yang tidak sopan? Nilai macam apa yang mau ditonjokannya dalam aksi ini?

Terlepas dari sopan tidaknya aksi Ananda hari ini, saya justru mengapresiasi "Aksi Kemanusiaan" Ananda. Bagi saya, Ananda adalah representan manusia Indonesia masa kini yang berani membongkar kebiasaan lama. Tidak selamanya penghargaan terhadap seorang pemimpin ditunjukan dengan cara-cara yang etis. Sudah bukan saatnya kita tunduk pada penguasa. Mesti ada langkah progresif seperti ini untuk menyadarkan para pemimpin di negeri ini bahwa perjuangan meraih kekuasaan tidak bisa mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan.

Bersambung. Nantikan kelanjutannya!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun