Mohon tunggu...
Balduin Nainggolan
Balduin Nainggolan Mohon Tunggu... -

Melihat mereka berhasil saya sangat senang (hati seorang guru).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik dengan Teladan dari Mahatma Gandhi

25 Februari 2014   02:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:30 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam autobiografinya Mahatma Gandhi mengatakan, saya selalu merasakan bahwa buku pelajaran yang paling benar bagi seorang siswa adalah gurunya. Saya tidak mengingat banyak dari apa yang diajarkan guru dari sisi buku pelajaran, tetapi sampai sekarang saya masih ingat dengan jelas tentang hal-hal yang diajarkan guru di luar buku pelajaran. Fungsi dari guru adalah mendidik dan menjadi mediator, motivator bagi siswanya untuk mendapatkan pengetahuan. Meskipun fungsi guru hanya sebagai mediator, dia juga harus menguasai materi yang dibawakannya, dia harus bisa menguraikan materi itu berdasarkan bahasanya sendiri ketimbang menggunakan bahasa buku.

Guru juga harus menuntun siswa supaya menulis apa yang didapatkan dari pelajaran itu dengan bahasa siswa itu sendiri. Supaya ini terlaksana guru harus terlebih dahulu memberikan pelajaran dengan bahasanya sendiri, jika guru telah melakukan ini maka siswanya pun akan mudah melakukan hal yang sama karena sudah memiliki teladan yang harus diikuti.



Lebih tegas lagi Mahatma Gandhi mengatakan, bila saya seorang pembohong, tidak ada gunanya saya mengajarkan kepada murid-murid saya untuk mengatakan yang sebenarnya. Seorang siswa yang pengecut tidak akan pernah berhasil membuat muridnya jadi pemberani. Oleh karena itu saya tahu bahwa saya harus menjadi teladan sepanjang masa bagi para murid-muridku. Dengan demikian mereka pun menjadi guru buat saya, dan saya belajar bahwa saya harus berbuat baik dan hidup jujur, juga bila hal ini demi mereka.



Untuk membuat anak menjadi patuh, erlebih dahulu guru harus mengikuti aturan itu. Jika seorang guru yang merokok melarang siswanya merokok, sebagian siswa memang tidak merokok saat masih sekolah karena takut dihukum, tetapi mereka akan merokok setelah tamat sekolah. Pada hakikatnya siswa tidak membutuhkan banyak nasehat, mereka lebih membutuhkan  teladan yang akan ditiru. Teladan inilah yang harus ada pada guru, guru harus bisa menjadi acuan bertindak siswa. Siswa tidak memerlukan peraturan yang ketat untuk membuat mereka disiplin. Jika guru-guru yang ada disekolah itu disiplin maka sebagian besar siswa itu akan mengikutinya.



Begitu juga dengan dirumah, saat mereka menonton TV berita yang sering ditayangkan adalah tentang korupsi, banyak sinetron yang tidak mendidik, ada juga debat pakar yang terkadang berakhir dengan suara-suara keras, demonstrasi yang berujung bentrok. Hal-hal seperti otomatis akan diikuti oleh para pelajar. Jika kita memang ingin memperbaiki pendidikan Indonesia seharusnya media ini diarahkan untuk meningkatkan pendidikan.



Sejak lahir manusia telah dianugerahi cara membaca pikiran dengan memperhatikan gerak tubuh, hanya saja terkadang kita tidak percaya dengan itu. Jika seorang guru mengajar dengan terpaksa hal ini akan bisa dibaca siswa dengan jelas dari gerak tubuh gurunya, sehingga kelas itu akan menjadi tidak terkontrol. Seorang guru harus mengajar dengan ikhlas dan memiliki jiwa untuk melayani. Banyak guru yang menunjukkan superioritasnya pada siswa sehingga siswa belajar dalam keadaan tertekan dan terpaksa, hal ini akan menyebabkan siswa tidak suka belajar disekoah.



Sebaliknya guru juga bisa membaca apakah siswanya belajar dalam keadaan tertekan atau tidak, hanya saja guru sering mengabaikan ini.  Banyak anak di Indonesia yang dipaksa sekolah oleh orangtuanya. Jika guru masih memaksa mereka belajar disekolah bisa dipastikan mereka tidak akan dapat kebaikan apapun dari sekolah.



Banyak pembelajaran disekolah hanya berfokus pada pengerjaan soal. Guru mengukur kemampuan siswa dengan soal. Hal ini menyebabkan banyak siswa yang les tambahan di bimbingan belajar yang memang menawarkan seribu cara cepat. Tidak perlu mengerti pelajarannya, asalkan dapat mengerjakan soal denga benar berarti sudah paham, itulah yang tertanam dalam benak siswa kita. Pada saat pembelajaran, siswa memang sibuk tetapi mereka tidak tahu jelas untuk apa mereka melakukan kegiatan itu. Sebagian siswa itu untuk nilai yang bagus, terus nanti bisa naik kelas dan pada akhirnya lulus dengan nilai memuaskan, untuk yang SMA diterima jalur undangan.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun