Saat melihat trailer-nya, agak aneh mendengar suara Pikachu seperti lelaki dewasa. Tapi saat menonton filmnya langsung, cuma Ryan Reynolds sebagai pengisi suara Pikachu yang karakternya benar-benar hidup. Justice Smith sebagai pemeran utama kurang maksimal dalam memberikan performa akting terbaiknya. Di beberapa adegan masih terlihat sangat kaku, bahkan rasa kehilangan pasca kematian ayahnya pun kurang terasa. Beruntung, ada karakter Lucy (Kathryn Newton), reporter junior super kepo yang tampak lebih bersinar dan lebih natural aktingnya. Â
Dari segi cerita, saya tak yakin penonton anak bisa menikmatinya karena materinya cukup berat, yaitu soal eksperimen genetik, serum dan semacamnya. Bersiaplah mendapat beberapa twist yang cukup mengejutkan, tapi tampak absurd juga. Twist-twist ini muncul untuk menghindari kesan monoton pada plotnya yang kadang terlihat tidak rapi dalam bercerita. Selain itu, terlalu banyak adegan flashback yang dipotong-potong (bukan sensor ya), membuktikan bahwa penulisnya kurang maksimal menceritakan kisah Tim dan Pikachu secara utuh. Seolah-olah sisi adventure, komedi dan drama keluarganya kurang bisa menyatu dengan baik.
Terlepas dari ceritanya, kita pasti terkesima melihat keseruan petualangan Tim dan Pikachu dalam mengungkap kebenaran soal ayah Tim. Apalagi jika menontonnya di Screen X, tingkat keseruannya bisa bertambah lebih asyik 2x lipat karena sekitar 60% adegannya ditampilkan dalam tiga layar besar (kanan, depan, kiri). Ditambah, ada adegan di alam luas yang menyajikan kejar-kejaran seru, seolah-olah penonton juga ikut berada di hamparan luas tersebut. Untuk yang ingin ngabuburit bareng keluarga, nonton Pokmon Detective Pikachu adalah pilihan yang tepat karena ini sangat menghibur dan mengobati kerinduan pada sosok menggemaskan Pikachu dan para Pokmon lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H