Sebagai remaja yang sedang mengadu nasib di New York, Frances McCullen menjalani hidupnya yang biasa-biasa saja sebagai pelayan di restoran.
Setiap hari ia naik kereta bawah tanah untuk berangkat dan pulang dari tempat kerjanya. Kehidupannya mulai berubah setelah ia menemukan tas hijau kecil yang ternyata milik Greta Hideg, janda tua beraksen Perancis. Sejak Frances datang ke rumah Greta untuk mengembalikan tas itu, mereka jadi berteman baik, bahkan Frances menemani Greta memilih anjing peliharaan.
Sahabat Frances, Erica Penn, merasa terasingkan karena Frances kini sibuk bergaul dengan Greta. Erica sempat memperingati Frances untuk berhati-hati dengan Greta karena Frances baru saja mengenalnya, bisa jadi ia bukan orang baik.
Namun, kerinduan Frances yang mendalam terhadap ibunya yang baru meninggal membuatnya merasa terlalu nyaman bersama Greta yang mungkin seusia ibunya.
Ternyata, kekhawatiran Erica benar. Greta bukan orang biasa. Frances menemukan banyak kejanggalan setelah berkali-kali berkunjung ke rumah Greta, membuatnya langsung takut dan hendak menjauhinya.
Greta yang posesif meneror Frances dengan menunggunya berjam-jam di depan restoran, menjadi pelanggan di restoran, dan menguntit Erica. Hidup Frances jadi tak tenang, apalagi setelah mengetahui rahasia Greta yang lain.
Film ini menitikberatkan pada konteks kesepian. Frances dan Greta sama-sama kesepian sejak kehilangan orang terkasihnya. Saat mereka akrab, mereka merasa lengkap dan bisa nyaman dalam waktu singkat. Frances pun langsung percaya pada Greta, sehingga Greta memanfaatkan hal itu sebaik-baiknya agar ruang hatinya tidak kembali hampa.
Inilah pelajaran yang bisa kita ambil dari hubungan mereka. Jangan terlalu percaya pada orang asing. Jangan terlalu bergantung dengan orang yang baru dikenal.
Di sinilah pentingnya peran Erica sebagai satu-satunya orang yang berpikir rasional dan membantu Frances dalam keadaan apapun. Kita semua pasti berharap punya teman seloyal Erica.