Rasa traumanya ini dianggap sepele oleh Louis, bahkan ketika Ellie menanyakan hal-hal terkait kematian kepada Rachel dan Rachel enggan menjawab, Louis merasa Rachel terlalu paranoid karena bagi Louis kematian bukanlah hal yang perlu dibesar-besarkan.
Apalagi Louis yang berprofesi sebagai dokter memandang kematian sebagai peristiwa normal sehari-hari. Namun, siapa sangka kalau Louis, tokoh yang paling terlihat normal di sini, bisa bertindak irasional dan mengesampingkan logika demi mewujudkan keluarga yang normal dengan pemenuhan kebutuhan emosional yang cukup?
Dalam eksekusinya, jelas sekali sejak awal film ini ingin menakuti penontonnya tanpa basa-basi. Tumpahan darah entah milik siapa di adegan pembuka mampu menjadi pemanasan yang mengerikan. Namun sayangnya, usaha menakuti yang porsinya terlalu banyak ini tampak menumpuk di tengah, sehingga membuat saya bosan ditakuti karena makin lama teknik jump scares-nya sudah tidak menakutkan lagi.
Jika saya boleh membandingkan, Pet Sematary (1989) tidak membutuhkan banyak shot yang terlihat gloomy, bahkan sebagian besar adegannya terang-benderang tapi tetap membuat bulu kuduk merinding lewat musik dan dialognya. Untungnya, momen menjemukan ini hanya terjadi di tengah film. Saat memasuki paruh ketiga, ketegangan  Pet Sematary (2019) sudah stabil kembali bahkan sempat memuncak, meninggalkan konklusi yang benar-benar saya suka.
Sutradara : Kevin Kolsch, Dennis Widmyer
Pemain : Jason Clarke, Amy Seimetz, John Lithgow, Jete Laurence, Hugo Lavoie.
Genre : Horor Thriller
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H