Di satu sisi, praktik estetika menciptakan komunikasi non-verbal, yang melaluinya kontak dapat timbul antara pekerja sosial dan klien atau antara klien dan klien, di luar kemungkinan kognitif individu. Beberapa penyandang disabilitas, misalnya, bereaksi terhadap musik atau sesuatu yang dibacakan kepada mereka dengan cara yang berbeda dan lebih kuat dibandingkan dengan ucapan verbal yang berorientasi pada percakapan. Hal yang sama  berlaku pada orang atau anak-anak yang terkena demensia. Komunikasi non-verbal terjadi, misalnya melalui pernapasan bersama, memulai dan mengakhiri bersama, terlibat satu sama lain, mendengarkan satu sama lain, dan melalui kemauan untuk terlibat dalam proses estetika bersama;
Di sisi lain, praktik estetika menawarkan peluang untuk membangun jembatan. Misalnya, jika generasi muda kurang atau tidak mau berbicara sama sekali, lokakarya hip-hop atau game dapat menciptakan tingkatan bersama yang dapat dibangun. Orang-orang yang berada di lembaga pemasyarakatan mungkin merasa  mereka setara dengan orang-orang yang menghadiri pertunjukan teater mereka dan kemudian dapat memanfaatkan pengalaman ini.
Konteks komunikasi nonverbal  mencakup kemungkinan praktik estetika untuk membuat kesulitan dan hambatan dalam kehidupan sehari-hari terlihat tanpa memerlukan analisis verbal secara langsung. Praktik estetika memberikan kontribusi yang signifikan terhadap partisipasi budaya dan sosial. Banyak orang yang dikecualikan dari partisipasi budaya karena berbagai alasan; Di satu sisi, mereka tidak memiliki kesempatan untuk melihat tawaran praktik estetika dan, di sisi lain, mereka tidak memiliki kerangka tindakan dan interpretasi yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan tawaran praktik estetika sebagai peluang mendasar untuk berpartisipasi
Namun, bagi sebagian orang yang berlatar belakang kurang berpendidikan, praktik estetika membuka akses terhadap proses pendidikan dan bidang pendidikan yang asing bagi mereka dan dengan demikian menjamin partisipasi sosial.
 Yang terakhir, praktik estetika mencapai tujuan akhir manusia: tidak ada struktur sosial manusia yang dapat dibayangkan tanpa praktik budaya dan/atau estetika Tidak ada keraguan  orang-orang di segala zaman dan di mana pun telah mengembangkan beragam praktik estetika dan telah mempraktikkan serta meneruskannya bahkan dalam keadaan yang paling buruk sekalipun. Contohnya termasuk temuan arkeologi seperti lukisan gua atau komposisi komposer dan konduktor Victor Ullmann (1898/1944), yang terus menulis bahkan selama dia dipenjara di kamp konsentrasi
Oleh karena itu, praktik estetika dapat dicapai dengan menggunakan persepsi sebagai kebutuhan manusia, sebagai kondisi manusia atau dapat dipahami sebagai konstanta antropologi. Hal ini  terlihat jelas, misalnya, dari fakta  praktik estetika merupakan bagian dari pendidikan anak-anak dan remaja di seluruh dunia. Oleh karena itu, praktik estetika memiliki nilai tersendiri bagi manusia dan tidak perlu dibenarkan oleh kemungkinan efek transfer atau aspek lainnya.
Dalam konteks ini, penting  dalam arti tertentu terdapat hak hukum atas praktik estetika bagi masyarakat: Praktik estetika menjanjikan pendidikan (estetika). Pendidikan, pada gilirannya, diabadikan sebagai hak dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948 (Pasal 26 dan 27 Deklarasi Hak Asasi Manusia, Â
Praktik estetika adalah istilah umum untuk berbagai praktik atau disiplin estetika. Hal ini dapat berarti seni visual, musik, tari, fotografi, film, pemrograman, permainan, teater, sastra dan tulisan, media baru, serta permainan, sirkus, masakan atau olahraga. Untuk setiap bagian terdapat diskusi ilmiah dan praktis-artistik yang berbeda serta taktik individu. Selain itu, publikasi ilmiah  telah dihasilkan di masing-masing bidang, meskipun beberapa di antaranya sekilas tidak dapat dikaitkan dengan konsep praktik estetika
Praktik estetika berkontribusi terhadap partisipasi budaya dan sosial: Banyak orang yang dikecualikan dari praktik estetika karena berbagai alasan dan oleh karena itu tidak berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Di satu sisi, orang-orang ini tidak memiliki kesempatan untuk memanfaatkan tawaran praktik estetika. Di sisi lain, orang-orang ini tidak memiliki kerangka tindakan dan interpretasi yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan tawaran praktik estetika sebagai peluang mendasar untuk berpartisipasi dan melaluinya mereka dapat menyadari  praktik estetika dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebiasaan (Pierre Bourdieu). Bagi sebagian orang, praktik estetika  dapat menjamin kehadiran publik dan dengan cara ini memungkinkan partisipasi. Banyak dari orang-orang yang tidak memiliki akses alami terhadap praktik estetika menemukan diri mereka di bidang pekerjaan sosial. Akibatnya, pekerja sosial dan pendidik sosial memandangnya sebagai tugas mereka, dalam arti mandat budaya untuk mewakili klien mereka dalam bidang praktik estetika.
Dalam konteks pekerjaan sosial, praktik estetika biasanya dilakukan sebagai bagian dari berbagai persembahan seperti malam disko atau teater, kelompok sastra, lokakarya band atau DJ, kelompok tari, kelompok video, lokakarya pemrograman dan masih banyak lagi.
Tawaran praktik estetika dalam konteks pekerjaan sosial biasanya berlangsung secara berkelompok. Dalam kasus luar biasa, penawaran  tersedia untuk klien individu. Penawaran dapat dilakukan sebagai bagian dari kamp liburan, penawaran individu, lokakarya akhir pekan, atau penawaran mingguan.Tawaran praktik estetika biasanya dipimpin oleh pekerja sosial atau oleh spesialis yang terlatih khusus seperti seniman, musisi, penari, pakar pemrograman, DJ, dan banyak lagi. Orang-orang yang memberikan pengajaran melihat diri mereka sendiri khususnya sebagai mentor atau rekan. Yang paling penting adalah instruksi yang berorientasi pada sumber daya yang sesuai dengan kelompok sasaranyang berfokus pada kemampuan individu peserta.