Tubuh tertidur, malam yang sunyi dan gelap bermeditasi,
Mengamati duka hari yang telah berlalu.
Penutup timah meredam setiap suara.
Tidak ada binatang yang mengerang, tidak ada gemerisik daun.
Ini adalah waktu tubuh tertidur yang menyerupai kematian,
Dimana makhluk berkelana menuju gerbang ketiadaan.
Itu adalah bumi yang ditelan lautan hitam.
Ini adalah waktu ketika sepasang kekasih berkumpul untuk ritual.
Saat ketika kesunyian tampak lebih besar,
Lebih dalam, dilemahkan oleh kebisingan yang tidak dikenal;
Dimana mereka yang percaya surga mulai berdoa,
Dimana mereka yang tidak percaya surga merasionalisasi dan berpikir.
Tempat di mana tubuh tertidur, di mana pikiran terbangun,
di mana kesedihan kemarin, kekhawatiran di masa depan
Datang untuk menyiksanya, di mana lelaki dan perempuan tua
Mempertanyakan masa lalu, masa depan yang muda.
Dimana tidak ada gangguan yang bersembunyi, tidak ada tugas,
Kemalangan takdir yang telah ditenangkan hari ini.
Dimana setiap orang mengenali batin merka, noda mereka,
Berdasarkan apakah mereka telah berbuat dosa, berdasarkan apakah mereka telah mencintai.
Ini adalah waktu misterius yang disukai oleh legenda,
Tentu saja akal budi telah dikalahkan oleh ratu ilusi;
Dimana otak yang berakal budi menyerah,
Dimana hal-hal yang tidak nyata memerintah dan perintah-perintah yang tidak pernah terdengar.
Dimana manusia tanpa rasa khawatir mengeksplorasi tubuh tertidur,
Dan mimpinya yang setara tanpa kegembiraan penuh ketakutan;
Dimana yang pertama tersenyum saat fajar terbit,
Dimana yang kedua menangis saat jarinya menunjuk.
Dan kamu berada di antara dua perairan, di malam hari, di antara dua kursi.
Orang-orang satir paling buruk mendapat penglihatan tentang neraka.
Dongeng orang-orang yang beriman sekeras besi.
Inilah saatnya kehidupan terhenti atau hanya tubuh tertidur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H