Suharni...ada waktu untuk menyatukannya satu per satu.
Aku harus mencucinya.
Aku mengambil syal linen dari rambutku.
Aku merendamnya dalam mangkuk berisi air mint dan lemon.
Aku membawanya ke dalam mulutku sambil mengepang
kepangku ke belakang. leherku berlutut
aku mulai membersihkan pikiranku
Butuh waktu dua puluh satu hari
lututku memar tapi
aku tidak peduli mereka
tidak memberiku udara
sehingga paru-paruku mati lemas
aku akan menggaruk penghancuran diri tulang
sampai cinta terungkap.
Bibirku berdarah ketika aku memikirkanmu,
mataku terbakar ketika aku menangis untukmu,
dan aroma lembut madu dan dupa
mencapai tempat tidurku ketika aku memohon padamu.
Oh, andai saja aku bisa mengembalikan
ciuman manismu ke mulutku.
Di saat-saat yang menyedihkan dan tidak menentu ini,
seluruh tubuhku membangkitkan cintamu
Oh, jiwaku, siksaan terkasih,
di sini, di atas bantalmu, embun tertidur.
Mengapa kematian merenggut dariku
yang hingga kemarin hanya milikku sendiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H