Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Truk Oleng di Cipali

16 September 2023   22:17 Diperbarui: 16 September 2023   22:19 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri/Truk Oleng di Cipali

Tak ada gunanya berjalan melewati hinaan dengan hinaan di punggungmu,
tak ada gunanya berjalan melintasi langit dan dengan langit di bahumu,
tak ada gunanya menjadi lautan dengan sayap besar bagaikan malam,
bulu hijau soliter yang begitu tinggi dan musical, dan tak  pernah bisa
menenangkan rindumu, maupun kerasnya bebatuan di planet ini.

 Akulah orang terakhir yang meninggalkannya.
Bercinta dengannya seperti mengendarai truk oleng di Cipali
Aku melihatnya di pantai dalam kemegahan kecantikannya yang terakhir.
Aku bisa mencintainya dengan cinta yang kekanak-kanakan.
Aku berada di manifestasi kegelapan tanpa akhir

Dari Pantai pantura tak berguna
dan sepi ini, tempat hasratku membawaku,
aku memandangi lautan amarahku,
kematian yang pasti, dan jalan yang tak menentu.

Di seberang pelabuhan persahabatan,
di atas perahu-perahu yang rusak dan sisa-sisanya,
menunjukkan kepadaku tubuh dan mata almarhum
Iblis muda, yang mati di tangannya.

Tak ada gunanya berjalan melewati hinaan dengan hinaan di punggungmu,
tak ada gunanya berjalan melintasi langit dan dengan langit di bahumu,
tak ada gunanya menjadi lautan dengan sayap besar bagaikan malam,
bulu hijau soliter yang begitu tinggi dan musikal Tak akan pernah bisa
menenangkan rindumu, maupun kerasnya bebatuan di planet ini.

Angin menembus kerangka,
membuat gading berdering di dasar waktu, dan dari kesendirianku
mengalahkan tumpahan ketinggian dan tangisan keadaan yang jauh.
Rasanya begitu nikmat, tentang langit yang terluka parah
yang suaranya dibelai bagai bayang-bayang kapal yang sekarat karena kesedihan.

Pepohonan randu tidak bernyanyi di pantai yang diinginkan
tetapi malam memiliki air yang lembut
Ada hal-hal murni seperti orang mati di antara lilin-lilinnya
Ada hal-hal manis seperti desa di jendelanya dan tanaman rambatnya
Ada hal-hal menyedihkan seperti lampu makam tertentu untuk membaca nama
Angin melewati manusia
dan membawa iblis di planet mereka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun