Pencuri WisikÂ
Saat aku menatap matamu,
semua kesedihan dan kesengsaraanku lenyap;
tapi jika aku mencium mulutmu,
aku akan benar-benar sehat.
Saat aku bersandar di dadamu,
itu menghampiriku seperti nafsu surgawi:
tapi saat kau berkata: Aku mencintaimu!
Jadi saya harus menangis dengan sedihnya.Aku mencuri emas matahari dari bintang hari itu,
melilitkan cincin bercahaya tujuh kali lipat darinya,
dan di tanganmu, yang murni,
aku menaruhnya dalam kebahagiaan tanpa kata, kekasih!
Jika, di bawah beban jiwa yang berat,
semangat gembiramu goyah
Maka datanglah padaku untuk istirahat yang tenang
Untuk dirimu sendiri. Aku mencintaimu
Aku menangkap aroma bunga dan cahaya bulan,
menenun kerudung yang berkilauan untukmu,
dan di sekeliling wujudmu, yang murni,
aku membaringkannya dengan lembut dan diam membisu
Dan dara lembut yang bergerak menuju matahari
Dan mengayunkan emas, saat penana senja menenun dan angin -
Dengan mata yang indah dan ikal, namun mengikat
hati yang lelah yang menggerakkan semangat yang melarikan diri.
Betapa sumsum dan darah di jiwa, dan  tubuhku,
Bergetar ketika seseorang merasakannya dekat,
mendesir dan menimbang kematian dan kehidupan, seperti yang terjadi, dan aku mencuri cawan palsu yang berganti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H