Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku

9 Juni 2023   15:32 Diperbarui: 9 Juni 2023   16:03 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat aku menatap matamu,
semua kesedihan dan kesengsaraanku lenyap;
tapi jika aku mencium mulutmu,
aku akan benar-benar sehat.
Saat aku bersandar di dadamu,
itu menghampiriku seperti nafsu surgawi:
tapi saat kau berkata: Aku mencintaimu!
Jadi  harus menangis dengan patah hati dalam kesedihan.

Aku percaya kepada-Nya: Dia tidak.
Aku  tidak bergantung padanya: apakah dia?
Asal dari setiap kemajuan, setiap detasemen. Malam terbuka dan sedingin es!
Oh! Akhir dari rantai pencabutan.
(Apakah pencarian makhluk agung hanya dengan menekan jari dari masa kini yang terikat pada masa depan yang bebas? Hari-hari mendatang yang tak tersentuh tidak dapat diukur. Dan ada ketuhanan di mana sentakan rantai kita tidak bergema).

Alih-alih milik ku: senapan terisi,
semuanya berakhir dengan gonggongan anjing.
Majulah sekarang, bentuk kekosongan,
jauh, jauh kita keluar dari pagar damai, hati mendua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun