Tantri Kamandaka
Garis kehidupan itu bermacam-macam,
Seperti jalan, dan batas-batas pegunungan.
Apa yang kita ada di sini, seorang dewa dapat menyelesaikannya di sana,
Dengan keharmonisan, pahala abadi, dan kedamaian.
Dan aku duduk banyak sore
Di sana di puncak bukit,
Di mana angin bertiup di pucuk-pucuk pohon
Untuk pukulan dari menara lonceng,
Dan melihatnya memberi kedamaian
Di hati, seperti gambar,
Dan menenangkan rasa sakit yang datang
Dari bergabung alasan dengan licik.
Tetap bumi masih menggantung
ke danau, penuh dengan
bunga  kamboja kuning dan mawar liar.
Angsa yang cantik, mabuk dengan
ciuman, dan kamu mencelupkan kepala
ke dalam air suci dalam guci yang menenangkan.
Dan seperti api yang bersinar di matamu
Saat membatikan  sesuatu yang hebat,
Maka api menyala lagi di benak dan sejenak
Para penyair, dengan tanda dan pertanda  perbuatan dunia.
Apa yang terjadi sebelumnya, hampir tidak terasa,
Menjadi jelas sekarang untuk pertama kalinya.
Dan manusia dewa telah  membajak tanah sawah ladang ikut tersenyum,
Dalam para sapi, kerbau dan para pekerja, sekarang diakui
Sebagai kekuatan para dewa yang serba hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H