Mawar bersembunyi dalam selubung lumutnya,
Melati kusam, bunga-bunga pohon jeruk
Manik moyo Memiliki wangi yang kurang segar, bau yang tak lagi harum,
wahai Langit putih! dari napas ringan manik moyo.
Bibirmu berkarang, dan tawa ringanmu
Terdengar lebih baik dari air mengalir dan dengan suara lembut bumi,
Manik moyo lebih baik dari angin riang yang membelai pohon jeruk,
Lebih baik dari burung yang berkicau di tepi sarang lumut.
Tapi aroma halus mawar dalam buihnya,
Angin sepoi-sepoi bermain di sekitar pohon jeruk
Dan air hidup yang mengalir dengan keluhannya yang lembut
Manik moyo miliki pesona yang lebih pasti daripada cahaya cintamu!
Manik moyo!sejak penerbangan ringan menuju neraka
Semua ciuman telah keluar dari bibirmu begitu manis,
Tidak ada lagi keharuman di pohon jeruk pucat,
Tidak ada lagi aroma surgawi pada bunga mawar.
Burung, di bawah lembab dan di lumut
Tidak lagi berkicau di antara mawar dan pohon jeruk;
Manik moyo, air hidup di taman tidak lagi memiliki sagu yang manis,
Sang mentari tidak lagi menyepuh langit yang murni dan cerah.
Oh Manik moyo! Semoga cintamu yang muda, kupu-kupu yang ringan ini,
Kembalilah ke hatiku dengan sayap yang cepat dan lembut,
Dan semoga ia tetap mengharumkan jagat buana,
Melalui mawar samar dalam selubung lumutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H