Senja Berhala
Di langitku saat senja kamu seperti awan
dan warna serta bentukmu seperti yang kuinginkan.
Kamu milikku, kamu milikku, wanita dengan bibir manis
dan impianku yang tak terbatas  dalam hidupmu.
Pelita jiwaku membuat kakimu cerah,
anggur asamku lebih manis di bibirmu,
oh jelita manisku, laguku saat matahari terbenam,
betapa mimpiku yang sepi terasa milikku!
Kamu milikku, kamu milikku, aku berteriak di
angin sore, dan angin membawa suara galauku.
Pemburu kedalaman mataku, pencurianmu
mandek seperti air tanpa selokan peradaban.
Kamu tertangkap dalam jaring musikku, cintaku,
dan jaring musikku seluas langit.
Jiwaku lahir di tepi mata dukamu.
Di mata duka mu, tanah impian dimulai.
Jangan menyiksa diri sendiri karena rasa hati
biarkan dalam kegelapan. Apa yang diketahui kecantikannya hanya
dari tubuhnya, dan senyumnya hanya dari wajahnya? Izinkan aku
menerima tanpa mempertanyakan makna sederhana
dari pandangan ini, dan berbahagialah.
Keputusasaanku telah menjadi teman fanamu,
dan melekat pada kebaikanmu, berpura-pura menyeretmu
ke gua air mata tanpa suara.
kamu telah menghancurkan kebebasanku dan, Â kehancurannya, Â telah
membuat penjara dirimu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H