Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Masuk Angin

16 November 2022   23:51 Diperbarui: 17 November 2022   12:54 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masuk Angin

Oh, percayalah, angin, dalam menyangkalnya,
kamu tidak memaafkan kegembiraan yang dapat diingat
oleh roh mulia tanpa malu.
Kenikmatan alam
hanya dapat dicicipi oleh yang bijak, murni dan tidak alami;
Dia yang menikmatinya dengan hemat, sepintas lalu,
seperti seorang pengembara
yang memetik bunga mawar dalam perjalanannya. Hanya sumber
kebahagiaan sejati yang mengalir di dadamu sendiri.
Akan sia-sia untuk mencarinya selain kamu.


Karena, ketahuilah, para pendusta, masuk angin....
apa yang fana di dalam dirimu hanyalah cangkang yang
abadi, dan kegembiraan para dewa hanya layak untuk dewa.
Ya, ini, firasat, suara lembut itu
Kamu sering mendengarkan di dalam dirimu sendiri, jangan menipu diri sendiri;
Satu Tuhan, satu Esa, satu kebenaran, jangan berbohong
Adalah nyala api yang berkobar di dadamu.
Terkait dengan surga dan hanya
dikirim ke dunia fana ini untuk
kebaikan, kamu akan kembali, setelah
pekerjaan tagihan  ilahi-mu selesai, untuk bersinar di lingkaran yang lebih tinggi
tapi lihatlah, Angin!
Mereka yang memerintah di bidang-bidang itu,
Dengan apakah mereka pantas menerima dupa kemenyan yang
diharumkan oleh rasa terima kasih fana di
altar mereka?


Reinkarnasi, mereka pernah hidup, seperti dirimu, dalam bentuk duniawi, tetapi
bukan diri mereka sendiri, masuk angin...
mereka hanya hidup untuk berbuat baik pada bumi.
Merekalah yang berhasil melewati orang-orang kasar
Kekuatan magis dari renungan yang ditimbulkan dari hutannya,
menjinakkan keliarannya dengan hukum,
membentuknya kembali dan mengangkat kampung dukuh
ke   ibu alam semesta. apakah masuk angin......


Kedamaian emas, dengan seluruh kumpulan
seni yang dipupuknya, kelimpahan
dengan tumpah ruahnya, segala sesuatu yang
memuliakan, menghiasi, membuat hidup bahagia,
itu adalah karya mereka! Mereka adalah pelindung, guru, gembala
bangsa-bangsa dan sekarang bersinar atau masuk angin?
dalam paduan suara para dewa, diberkati dengan melihat
kebaikan yang mereka lakukan abadi selamanya***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun