Apa Itu Hermeneutika Gadamer dan Neoplatoninsme (VIII)
Lingkaran Hermeneutika  tidak bersifat formal; ia tidak subyektif atau obyektif, tetapi lebih menggambarkan pemahaman sebagai interpretasi dari gerakan tradisi dan gerakan penafsir. Antisipasi makna yang memandu pemahaman kita tentang sebuah teks bukanlah tindakan subjektivitas tetapi ditentukan dari komunitas yang menyatukan kita dengan tradisi.Â
Namun dalam hubungan kita dengan tradisi, komunitas ini mengalami proses pembentukan yang berkesinambungan. Ini bukan sekadar praanggapan di mana kita selalu menemukan diri kita sendiri, melainkan kita sendiri yang menetapkannya sejauh kita memahami, berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa tradisi dan terus menentukannya seperti itu dari diri kita sendiri. Lingkaran pemahaman dalam pengertian ini bukanlah lingkaran 'metodologis',
Namun, makna lingkaran yang mendasari semua pemahaman ini memiliki konsekuensi hermeneutis baru yang ingin kita sebut, antisipasi kesempurnaan. Ini  jelas merupakan praanggapan formal yang memandu semua pemahaman. Ini berarti  hanya apa yang mewakili kesatuan makna yang sempurna yang dapat dimengerti.Â
Kami membuat pengandaian kesempurnaan ini setiap kali kami membaca sebuah teks, dan hanya ketika pengandaian itu sendiri terbukti tidak cukup, yaitu, ketika teks itu tidak dapat dimengerti, kami meragukan transmisi dan mencoba menebak bagaimana hal itu dapat diperbaiki. A
turan-aturan yang kita ikuti dalam pertimbangan kritik tekstual ini sekarang dapat dikesampingkan, karena apa yang dipermasalahkan di sini  adalah kenyataan  penerapannya yang benar tidak dapat dipisahkan dari pemahaman tentang isi teks.
Antisipasi kesempurnaan yang mendominasi pemahaman kita, bagaimanapun, dalam setiap kasus ditentukan sehubungan dengan beberapa konten. Tidak hanya kesatuan makna imanen yang diandaikan yang dapat membimbing pembaca, tetapi pemahaman pembaca terus-menerus dipandu oleh harapan makna transenden yang muncul dari hubungannya dengan kebenaran apa yang dirujuk oleh teks [...]Â
Di sini  kita ditegaskan  memahami berarti terutama memahami diri sendiri dalam hal itu, dan hanya yang kedua untuk menyoroti dan memahami pendapat orang lain seperti itu.Â
Itulah sebabnya yang pertama dari semua kondisi hermeneutis adalah pra-pemahaman yang muncul karena berkaitan dengan hal yang sama. Dari sini ditentukan apa yang dapat dianggap sebagai pengertian kesatuan, dan akibatnya penerapan antisipasi kesempurnaan".
Kesadaran sejarah. Berpikir sekali lagi tentang penafsiran sebuah teks. Penerjemah, segera setelah ia menemukan beberapa elemen yang dapat dipahami, menguraikan proyek makna untuk perubahannya.Â