Cermin, diam! dan
memori sembunyi-sembunyi tepi suara miring,
bergema, merespons tanpa sepatah kata pun. Dan lihatlah
dalam ketidakhadiranmu setidaknya aku masih hidup...
Dari marmer jingga dengannya waktu luang memenjarakanku,
aku ingin dengan sia-sia menarik lengan yang sulit dipahami
menuju dunia infinitif yang lembut
di mana semuanya diam dan semuanya terbang.
Aku adalah patung tempat tersembunyi,
tempat aku bernyanyi, dalam keheningan yang keras
dan tempat api membakar abu aku.
Tidak ada yang menegaskan aku dan tidak ada yang menyangkalnya
Hanya pantulan kegelapan, hati yang gelap,
dengan kekuatan pemukulan meremas rasa.
Melalui luka sunyi yang halus
yang bahkan memberi jalan bagi penderitaan,
sayangnya! masuk, penderitan dalam diriku, sebagai pemandu
tanaman  yang disinari matahari di atas lempengan cinta
apakah  mawar terakhir
di mana kekuatan gembira ada,
rindu untuk tidak lagi, nyala api yang sangat dingin sehingga
cahaya di sebelahnya tampak teduh.
semua tlah menghancurkan kepenuhan, simetri,
abisal di mana segala sesuatu
yang berlangsung lebih lama dari hari berakhir;
dan, merobek ku dari kebosanan yang mengganggu
membungkus aku dalam vertigo, kegembiraan,
penegasan total, kematian cinta  yang bahagia!
Siapa yang menghuni ketidakhadiran ini? Desahan apa yang aku
potong ketika berbicara? Siapa yang harus aku rebut
dari tubuh yang dipulihkan di mana aku menginap?
Siapa yang melihat aku dengan mata batin-nya?