Di sisi lain, dapat didiskusikan seberapa besar nilai analisis sesuatu yang baru jika kita tidak   secara menyeluruh merenungkan bagaimana kita memahami hal baru ini dari struktur historis di mana pemikiran kita tertanam  dari struktur pemikiran yang diperiksa Heidegger. Itulah mengapa paradoks perubahan, seperti yang dapat dibaca dalam Nietzsche, sangat penting.Â
Dalam pemikiran Nietzsche, pertanyaan tentang sejarah dan inovasi muncul secara bersamaan, dan hanya dengan mengajukan pertanyaan ini kepada Heidegger dan Deleuze pemikiran mereka dapat mencapai potensi penuh mereka: hanya dalam kaitannya dengan paradoks perubahan yang dapat kita tanyakan hingga batas-batas penanaman sejarah kita (ambisi Heidegger) serta untuk potensi, batasan dan kekurangan dari perubahan yang diberikan (ambisi Deleuze).
Pertanyaan ganda tentang perubahan inilah yang saya coba bacakan di sini bersama Nietzsche. Pemikiran perubahan harus terus-menerus, secara genealogis meminta titik tolaknya sendiri dalam dialog dengan pertanyaan yang gigih, dalam kondisi apa dan dengan potensi apa pemikiran itu bisa diulang. Pemikiran perubahan yang paling radikal mengharuskan perubahan dianggap sebagai paradoks - sebagai masalah yang tidak dapat dipecahkan  dan oleh karena itu kami terus memikirkan kembali ketegangan perubahan antara silsilah dan pengembalian.
Citasi:
- Friedrich Nietzsche, Human, Too Human. A book for free spirits (Frederiksberg: Det lille forlag, 2007), Â
- Nietzsche, The Origin of Morality. Et stridsskrift ( Frederiksberg: Det lille forlag, 2014), Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H