Teknologi modern merupakan bahaya bagi manusia. Pertama-tama, bagi Heidegger itu berisiko mengurung manusia dalam mode pengungkapannya yang spesifik: dia kemudian hanya bisa membayangkan dunia sebagai penyimpan energi untuk dieksploitasi. Namun, ada metode pengungkapan lain yang sama validnya.
Agama, misalnya, menempatkan manusia dalam hubungan yang sakral dengan realitas. Orang Yunani yang membangun kuil untuk menghormati tuhannya, atau orang Kristen yang membangun katedral tidak sedang mengeksploitasi alam, tetapi mereka menyingkap dan merayakannya sebagai ciptaan ilahi. Demikian pula, cara pengungkapan seni adalah membiarkan keindahan dan harmoni berkembang tanpa memerintahkan mereka.
Jika manusia datang untuk melupakan mode lain ini, dia kemudian akan diasingkan oleh teknologi, dan dia akan kehilangan, bagi Heidegger, esensinya; maka dia tidak akan lagi menjadi pria sejati. Akhirnya, risiko yang paling serius adalah ia mengalami nasib yang sama dengan alam, dan ia sendiri diambil sebagai dana yang tersedia dalam logika riba dan konsumsi.
"Manusia mengikuti jalannya ke tepi jurang yang ekstrem, meramalkan filsuf, dia pergi ke titik di mana dia sendiri tidak lagi dianggap sebagai dana yang tersedia" (The question of technology/ pertanyaan tentang teknologi). Heidegger menggambarkan bahaya ini dengan kamp pemusnahan, sebuah implementasi teknologi yang secara tepat diterapkan pada manusia pendekatan teknis terhadap dunia.
Tetapi seandainya sekarang teknologi bukan sekadar sarana, bagaimana ia bisa bertahan dengan keinginan untuk menguasainya? Namun  definisi instrumental teknologi itu benar? Untuk memastikan. Yang benar selalu terpaku pada sesuatu yang berkaitan dengan apa pun yang sedang dipertimbangkan.
Namun, agar benar, penetapan ini sama sekali tidak perlu mengungkap hal yang bersangkutan pada intinya. Hanya pada titik di mana penyingkapan seperti itu terjadi, kebenaran akan terjadi. Oleh karena itu yang hanya benar belumlah yang benar.
Hanya yang benar yang membawa kita ke dalam hubungan bebas dengan apa yang menjadi perhatian kita dari esensinya. Dengan demikian, definisi instrumental yang benar tentang teknologi masih belum menunjukkan esensi teknologi kepada kita. Agar kita dapat sampai pada ini, atau setidaknya mendekatinya, kita harus mencari yang benar melalui yang benar.***
Citasi:Herbert Dreyfus, "Heidegger on gaining a free relation to technology,". Herbert Dreyfus and Mark Vrathall, eds., Heidegger reexamined: Art, poetry and technology (Routledge, 2002).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H