Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Nrimo Ing Pandum?

30 Januari 2022   10:35 Diperbarui: 30 Januari 2022   11:32 3924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu Nrimo Ing Pandum?;  Untuk menjawab hal ini saya melakukan kajian makna Filologi Jawa Kuna atau Indonesia lama, merupakan proses perjalanan batin manusia Indonesia khususnya di Pulau Jawa sampai  Bali memiliki tatanan struktur bahasa atau kajian tentang bagaimana memahami manusia, alam dan Tuhan sebagai proses ada dan menjadi. Tentu saja kajian Fiologi tentang Nrimo Ing Pandum memiliki banyak sudut pandang atau world view [misalnya Dasa Nama], dalam membatinkan realitas kehidupan yang juga sejajar tidak mudah dipahami. Dan memang tidak semua hal wajib dipahami, ia hanya pantas untuk di lakoni atau dijalani untuk memperoleh apa yang disebut "Hidup Mulya/ Urip Mulyo.

  • Adalah Teks Nawaruci atau Epos Serat Nawaruci  atau Sangkaran Paran Dumadi, Gatholoco, Wirid Hidayat Jati, dan dokrin Mangkunegaran IV, memperjelas hakekat untuk Urip Mulyo dalam rerangka Nrimo Ing Pandum dapat dipahami. Hidup itu wajib dijalankan wajib di lakononi dengan Sikap Tabah, tanpa patah, tanpa putus asa, dan tidak membrontak ketika takdir menyeretmu dihadapkan "Siklus pada realitas  seperti dalam metafora "Cakra Manggilinan" bahwa hidup itu wajib berputar, berubah, dan tidak pernah stabil, teralienasi, dan paradoksal.

Lalu Apa itu Nrimo Ing Pandum?_Untuk mendefinisikan kata atau kalimat Nrimo Ing Pandum maka saya menterjemah dari pemikiran tokoh-tokoh pemikir yang ada, kemudian saya menyimpulkannya dengan pemikiran mandiri;

Dokrin, Nrimo Ing Pandum jika meminjam pemikiran kaum Stoa atau dalam tulisan ini saya sebut Model Trans Substansi Pemikiran kaum Stoa untuk mendefenisikan Nrimo Ing Pandum.  Nrimo Ing Pandum sebagai semacam "Metode-pelatihan", sebagaimana untuk membebaskan diri dari ketergantungan. Hal  ini hanya dapat dicapai melalui praktik pelepasan keduniawian, penguasaan nafsu: Dengan meletakkan perasaan mereka di atas es, individu menjadi tidak peka terhadap nasib.

Kata Nrimo Ing Pandum  sebagai kekuatan terbesar atas diri sendiri, untuk menjadi milik sendiri",  adalah "barang yang tak ternilai", itu memberikan kebebasan batin. Nrimo Ing Pandum menjadi mandiri dengan berkonsentrasi pada hal-hal yang ada dalam kekuasaannya, yang dapat di pengaruhi dan ubah.  Nrimo Ing Pandum disisi lain,  tenang tentang apa yang tidak bergantung padanya, malapetaka kehidupan yang lebih kecil dan lebih besar, kemudian  konsekuensi jangka panjang yang tak terduga dari tindakannya sendiri, terutama kematian. Nrimo Ing Pandum menerima takdir sebagai "batas tindakannya" menanggungnya, tunduk pada yang tidak dapat diubah, [IYA/ Inggih/Enggih], "setuju dengannya" dalam tindakan "apa yang tergantung pada diri saya, dan Apa yang Tidak tergantung pada diri saya;

Nrimo Ing Pandum  artinnya sikap mental untuk tidak memutuskan hubungan dengan dunia, tetapi membuat pengaturan yang cerdas, dengan keutamaan rasa hanya dapat dicapai dengan "meminimalkan area serangan yang menawarkan nasib", dengan "mengurangi tuntutan", dengan "mengerjakan jiwa;

Hal ini berarti Nrimo Ing Pandum   ada hal dalam hidup ini sebagai bentuk impuls bawah sadar yang menguasai kita. Kemudian berupaya  menjawab pertanyaan "bimbingan batin" dengan mengacu pada hierarki alami: pikiran dan kejernihan jiwa manusia mengambil alih komando. Orang Jawa Kuna tahu kekuatan perasaan, namun ketakutan adalah akibat dari kurangnya penilaian. 

Orang Jawa Kuna atau Nusantara Lama mendasari interpretasi ada salah tentang dunia, pada pemikiran yang tidak disiplin. Apa itu?, hanya alasan dan kebebasan dari nafsu yang menjamin kemandirian batin. Memberi manusia "kekuatan" dan "pengendalian diri", bahkan mengajari kita "untuk menjadi pengusaha yang lebih baik, teman yang lebih baik, orang yang lebih baik" jika kita menguasai teknik mengubah "emosi negatif" menjadi keutamaan Roso dan logika. Maka persis di sini kata Nrimo Ing Pandum   memperoleh tempat; atau isitlah Jawa Kuna disebut "Lilo" atau rela, iklas  bermakna Sikap Tabah dalam hidup. Dan kemudian memberikan jawaban "faktual dan sesuai situasi" untuk pertanyaan kehidupan yang mendesak, nyata.  yang tidak ditetapkan secara sewenang-wenang, tidak secara moral, tetapi dikembangkan dari "sikap Lilo Jawa", dari "adanya dunia".

Nrimo Ing Pandum  jelas dalam makna Filologi  memiliki efek terapeutik karena menenangkan kita, akal membuka wawasan yang bertahan dalam ujian jika kita mengikutinya, karena itulah cara "kita mendapatkan dukungan". Dunia mendukung kita jika kita menyesuaikan diri dengan keadaan bukannya dengan keras memberontak melawan mereka.

Sikap Nrimo Ing Pandum  adalah keterbukaan pada semua hal dalam ruang dan waktu  "melihatnya dengan benar" alih-alih membiarkannya "menakutkan dan mengancam kita." Nrimo Ing Pandum  adalah wujud tentang kedamaian batin sebagai sesuatu yang statis, sebagai "pengalaman yang menyenangkan" yang perlu dikembangkan dalam "isolasi yang luar biasa", tetapi sebagai proyek yang telah ditugaskan kepada kita: jalan menuju perdamaian mengarah melalui "rumitnya kerusuhan dunia" yang tak mampu seluruhnya dipahami dan di lakoni, sebagai mana teks epos Serat Nawaruci perjalanan Bima Mencari Air Purwita Sari;

Bagaimana penjelasan Serat Dewa Ruci dalam kesusastraan Jawa ditulis dalam Serat Nawaruci  atau seperti Nawaruci, Dewa Ruci dan Bimo Suci dikaitkan dengan Sikap Nrimo Ing Pandum?

Teks Nawaruci  adalah sebuah seni dan sebuah fitur khusus    bahwa di satu sisi itu mewakili tubuh pengajaran yang solid dan stabil, di sisi lain telah terbukti sangat fleksibel dan mudah beradaptasi. Titik awal dan dasar Stoa adalah asumsi bahwa ada kosmos, bahwa dunia dipandang sebagai kesatuan yang teratur (berlawanan dengan kekacauan), dan bahwa prinsip ilahi {Gusti Allah}mengatur di balik semua penampakan. Ada tempat [papan, empan, adepan] dalam urutan ini untuk setiap individu, jadi tugasnya adalah menemukan tempat ini, mengisinya dan menerima bagiannya dalam setiap kasus. 

Sikap Nrimo Ing Pandum. Berarti  "Di dalam Dia (Tuhan dan Jagat gumelar atau makro kosmos) dimana kita hidup, menenun dan memiliki keberadaan kita". Roso dan akal budi manusia harus menjadi bagian dari akal dunia, dan dengan demikian kehidupan yang sesuai dengan kodrat sekaligus berarti kehidupan yang rasional.

Sikap Nrimo Ing Pandum adalah antisipasi ketika bentuk-bentuk aturan goyah, norma-norma hilang, sistem dipertanyakan, ketika suatu masyarakat harus mendefinisikan kembali dan menegaskan dirinya sendiri. Gagasan bahwa ada sesuatu yang direncanakan dan bertujuan yang mewakili alasan yang lebih tinggi juga berfungsi untuk membentuk diri, memiliki nilai untuk menarik, dan untuk "menemukan tempat di dunia" yang dirindukan. Kedamaian dan ketenangan batin dibutuhkan justru ketika ada faktor eksternal yang hebat, dan berpontensi merusak diri kita;

Mengapa perlu Nrimo Ing Pandum?

 Pada teks Serat Nawaruci jelas bahwa karena seluruh bahasa dan representasi kehidupan  bersifat dualitas atau ada yang disebut Dikotomi besar. Maka manusia perlu menjaja keseimbangan, moderasi, wawasan SIKAP TABAH: selalu ada individu yang cocok dan bertindak dalam urutan yang dianggap masuk akal. "NASIB atau GARIS TANGAN yang  memimpin hidup manuasa, dan menyeret yang tidak mau atau membrontak. Namun, tujuannya bukan untuk beradaptasi tanpa kemauan, tetapi untuk secara aktif mencapai apa yang pantas bagi individu dan apa yang menjadi miliknya.

Artinya Kebahagiaan yang bisa dicapai melalui sikap tabah bukanlah perasaan yang meluap-luap "bersorak-sorai ke langit" (dan tidak diikuti dengan pendaratan darurat dalam "mati sampai mati"), melainkan kebahagiaan yang tenang dan konstan, keadaan yang membuat orang berdaulat, biarkan mereka menghadapi badai kehidupan dengan riang dan tenang. Pembelajaran seumur hidup dan pendidikan mandiri adalah sine qua non untuk mencapai kedamaian pikiran dan kebijaksanaan. Dan ini   termasuk pengendalian pengaruh (misalnya ketakutan, kemarahan, kesedihan, harta, jabatan, jodoh,) melalui rasa akal budi manusia sebagai Keutamaan.

Serat Nawaruci ,   Nrimo Ing Pandum dan nilai  bukan pertanyaan tentang sifat esensial dari afek yang menentukan, melainkan pertimbangan: apa yang memicu afek tersebut. Jawabannya: penilaian nilai yang "salah" tentang hal-hal di dunia luar. Dan baginya ada dua kategori: hal-hal yang berada di bawah pengaruh orang yang bersangkutan dan hal-hal yang tidak berada di bawah pengaruh mereka. Jadi manusia Jawa atau Indonesia lama sesuai teks Serat Nawaruci harus belajar membedakan. Dia menghargai barang-barang eksternal seperti kekayaan, kecantikan, reputasi, kesuksesan, tetapi dia tidak bergantung pada mereka secara internal. Dia tidak memiliki kendali atas dirinya. Dan ketika barang-barang tersebut hilang darinya, dia tidak merasa dirugikan atau ditimpa musibah, tetapi mengatakan bahwa dia hanya "mengembalikan" barang tersebut.

Serat Nawaruci dan Nrimo ing Pandum adalah bentuk  "Refleksi diri",   dianggap sebagai bukti  mengambil banyak pengalaman yang telah diturunkan dalam perjalanan manusia Nusantara. Serat Nawaruci ingin mengatakan  "Lakukan tugas dan panggilan hidup Anda, tetapi tidak seperti mesin tanpa jiwa atau seperti seseorang yang ingin dikasihani atau dikagumi, hanya ingin Yang Satu [Tuhan] itu: operasikan dan anggap diri sendiri sebagai pertimbangan untuk tuntutan komunitas manusia untuk mewujudkan Memayu hayuning bawana.

Tidak ada yang konstan, semua fenomena tunduk pada perubahan dinamis. "Seseorang takut akan transformasi? Apa yang bisa terjadi tanpa transformasi? Apa yang lebih berharga dan lebih akrab dengan sifat alam semesta? Bisakah Anda membasuh diri dengan hangat jika kayunya api bakar tidak berubah? Bisakah Anda memberi makan, kecuali jika perubahan makanan? Dapatkah hal lain yang berguna dicapai tanpa perubahan? Tidakkah Anda melihat, bahwa perubahan Anda sendiri serupa dan sama pentingnya dengan sifat alam semesta sebagai wujud apa yang disebut "Manunggaling Kawulo Gusti" ?"

Bersambung ke tulisan ke 2.  terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun