Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Ekonomi Ceteris Paribas

7 Januari 2022   07:39 Diperbarui: 7 Januari 2022   07:44 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami mengurangi menjadi kelambanan semua kekuatan lain dengan frasa 'hal lain dianggap sama': Kami tidak anggaplah mereka inert, tetapi untuk sementara kita mengabaikan aktivitas mereka. Ini perangkat ilmiah jauh lebih tua dari sains: itu adalah metode yang, sadar atau tidak sadar, orang-orang yang berakal telah berurusan dengan segala sesuatu sejak dulu masalah kehidupan biasa yang sulit. 

Dalam nada yang sama, klaim Lionel Robbins dalam makalah klasiknya An Essay on the Nature dan Signifikansi Ilmu Ekonomi hukum-hukum ekonomi dan fakta-fakta pendahulunya secara deduktif menyiratkan prediksi ekonomi, tetapi hanya jika hal-hal lain tetap tidak berubah.

Penggunaan "ceteris paribus" dalam ilmu ekonomi dan filsafat ilmu ekonomi bukan hanya sekedar kepentingan historiografi. Dalam filsafat ekonomi dan ekonomi saat ini, penggunaan dan perdebatan tentang "ceteris paribus" adalah isu penting: [1] Filsafat Ekonomi. Dalam perdebatan tentang filsafat ekonomi secara luas mengakui generalisasi dalam ekonomi dikualifikasikan oleh klausa ceteris paribus  namun, interpretasinya kontroversial. [2] Ekonomi. Para ekonom sendiri menggunakan klausa ceteris paribus. Ekspresi seperti "ceteris paribus" dan "hal lain dianggap sama" biasanya digunakan dalam buku teks seringkali mereka dijelaskan dalam bagian khusus (Milthon Friedman).

Asumsi ceteris paribus sering menjadi kunci penyelidikan ilmiah, karena para ilmuwan berusaha menyaring faktor-faktor yang mengganggu hubungan kepentingan. Jadi ahli epidemiologi, misalnya, mungkin berusaha mengendalikan variabel independen sebagai faktor yang dapat memengaruhi variabel dependen hasil atau efek yang diinginkan. 

Demikian juga, dalam pemodelan ilmiah, penyederhanaan asumsi memungkinkan ilustrasi atau penjelasan konsep yang dianggap relevan dalam lingkup penyelidikan. 

Contoh di bidang ekonomi adalah "jika harga Beras turun, ceteris paribus, permintaannya akan meningkat". Ini berarti   jika   mengabaikan faktor-faktor seperti deflasi, tujuan penetapan harga, utilitas, metode pemasaran, dll., kita dapat mengatakan   penurunan Harga Beras sepenuhnya dipengaruhi oleh peningkatan permintaannya. 

Pada bidang ilmu ekonomi permintaan dan penawaran bahwa ceteris paribus ekonomi "Dianggap Tetap" atau Konstan: meliputi misalnya    Jumlah konsumen di pasar; Selera atau preferensi konsumen;    Harga barang substitusi;   Ekspektasi harga konsumen; Pendapatan pribadi. Pertanyaannya adalah apakah logis analisis ekonomi dengan memakai asumsi ceteris paribus?; lalu jika tidak logis mengapa ceteris paribus tetap dipakai?

terima kasih_ 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun