Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kepemimpinan KGPAA Mangkunegara IV

23 Desember 2021   22:59 Diperbarui: 23 Desember 2021   23:02 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepemimpinan  KGPAA Mangkunegara IV

Tulisan ini adalah membahas secara singkat dan sederhana Kepemimpinan_Sarat Wedotomo oleh KGPAA Mangkunegara IV. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (lahir pada tanggal 3 Maret 1811 -- meninggal pada tahun 1881) adalah Adipati keempat Mangkunegaran yang memerintah dari tahun 1853 sampai 1881;

Menurut KGPAA Mangkunegara IV problem umum Hidup manusia ada itu ada tiga  perkara; [1] Wirya/Keluhuran Akal Budi; [2] Arto/Kekayan kemakmuran, dan [3] Winasis /Ilmu Pengetahuan; Apabila tidak satupun dapat diraih pada 3 hal itu maka habislah diri manusia itu, maka lebih berharga daun jati kering. Akhirnya mendapatlah derita, jadi pengemis, dan terlunta, bodoh, dan tak berguna apapun;

Tipe Kategori Leadership: {Amanah]; [1] Nistha: mikir diri sendiri, dan kelompoknya sendiri, [2]  Madya; Tahu kewajiban, dengan baik, dan haknya dia ambil, dan [3]  Utama: istimewa, tidak ada pamrih apapun, melampaui keutamaannya; maka pemimpin ideal menurut KGPAA Mangkunegara IV  adalah tipe nomor ke [3];

Ada Lima [5] tatanan Moral Mental tipe Kepempinan  KGPAA Mangkunegara IV  yang baik yakni; [1] Aja Dumeh, artinya  Jangan Mentang-mentang dalam artian luas mendalam; [2] Aja Gumunan, atau jangan Mudah Kagum pada Apapun; [3] Aja Kagetan atau pada semua situasi kondisi yang terjadi pada Ruang, dan Waktu jangan mudah terkejut/kaget;  [4] Manjing Ajur Ajer artinya melebur dengan tulus pada semua lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakan; [5] pemimpin wajib memiliki mental Prasojo/Prasaja atau keserhanaan hidup dalam batin dan tindakan;

 Ciri berikutnya adalah Syarat Leadership PadaTindakan disebut "RAOS GESANG [Rasa Hidup], oleh Ki Ageng Suryamentaram yakni mampu "Menghidupkan Roso"; [1] Bisa rumangsa, ojo rumangsa iso artinya wajib bisa merasa [berempati], bukan merasa bisa [sombong];  [2] Angrasa Wani, artinya Berani bersikap, risiko, berinovasi, dan bertindak tegas;[2] Angrasa Kleru, artinya memiliki sikap Ksatria, berani mengakui  jujur pada kesalahan; [4] Bener Tur Pener, artinya mampu menentukan waku dan tempat yang sesuai dimaknai Pener [sesuai RW], berbeda dengan Benar

Rangga Warsita, Serat Paramayoga, Dharma Manusia dengan Manusia, Manusia dengan Alam [a]  Hanguripi artinya pemimpin mampu Menghidupkan; [b] Hangrungkepi artinya Berkorban; [c] Hangruwat artinya Memberi solusi; [d] Hamengkoni artinya pemimpin mampu Memberi Pamong; [e]  Hangayomi artinya pemimpin mampu Memberi Mengayomi, dan [f] Hangurubi artinya pemimpin mampu Memberi Semangat

Yang tidak kalah penting adalah adanya "Metafora" Leadership "ASTA BRATA pada  Serat Ramajarwa: R. Ng Yasadipura. Teks Asta Brata (bahasa Sansekerta berarti delapan perilaku) merupakan gaya kepemimpinan yang merujuk pada delapan simbol alam:, antara lain adalah Ambeging Lintang/bintang,  Ambeging Suryo/Surya, Ambeging Rembulan/Bulan, Ambeging Mendhung/ Watak awan, Ambeging Geni/Api, dan Ambeging Bayu/Air;

dokpri
dokpri

Etika Tindakan Dokrin : KGPAA Mangkunegara IV -- Kepemimpinan Gaya Sarat Wedotomo pada Serat KINANTHI;

  1. "Eling lan waspada" artinya pemimpin mampu untuk selalu ingat, eliti, dan bersikap waspodo;  
  2. Awya Mematuh Nalutuh artinya pemimpin mampu untuk menghindari pada tindakan marah;
  3. Gonyak-ganyuk ngelinhsemi"artinya pemimpin mampu untuk jangan  berbuat tidak sopan saat rapat didepan umum;
  4. "Atetamba yen wus bucik" artinya jangan Berobat sesudah terluka; artinya aplikasi paraxis tindakan harus tepat; artinya pemimpin mampu memiliki ketelitian Tindakan; Belum cakep Ilmunya, Buru-buru ingin dianggap Pandai, Tercemar nafsunya, selalu merasa kurang, tertutup pamrih, sulit Manunggal dengan Maha Kuasa {S Pucung];
  5. "Kareme anguwus-uwus uwose tan ana, mung janjine muring-muring" Atau Marah tanpa isi asal marah, Marah dilampiaskan ke orang lain. Jangan Pernah Marah Tak Terkontrol tidak anti kritik; artinya pemimpin mampu Ilmunya sebatas Mulut, Kata-katnya digaibkan, dibantah sedikit tidak mau,matanya membelakak alisnya menjadi satu. Bukannya seperti Pendita Palsu {S.Kinanti};
  6. "Nggugu Karape Priyangga" artinya Jangan bertindak maunya sendiri, pikir dengan matang; bisa menempatkan diri, dan mematuhi tatanan, [traping angganira, angger ugering keprabon atau Jangan Membuat Malu, Memalukan];

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun