Apakah Arti Bermutu?
Semenajak zaman Yunani Kuna, Skolastik, sampai era modern dan pascamodern tema tentang mutu selalu menjadi topic pembahasan yang terus bergulir tanpa ada batas. Mutu didefenisikan dengan berbagai cara dan metode untuk menemukanya. Apakah sesuatu bermutu itu ada dan niscaya, tetap menjadi perdebatan sampai hari ini terutama bagimana secara ontologis, dan episteme;
Secara ontologis pendefinisan ini menjadi bermasalah sejak awal ketika 5 punggawa pemikir filsafat membuat kategori apa pendefinisan Ontologis ke episteme.
Pertama Platon atau Plato membuat kategori 3 kategori yakni wilayah intelek, dua garis membagi, dan wilayah visible. Atau sesuatu yang bermutu mengarah kepadamemandang tak berubah misalnya "matematika", sesuatu yang tak berwaktu, (dunia ideal). Pengetahuan ("World of idea"); bersifat progress melalui (1) Pengetahuan Visible World (Doxa) meliputi Eikasia (konyektur), Pistis (kepercayaan); (2) dua garis membagi menuju ke (3) Pengetahuan Intelligible World (Episteme Knowledge): meliputi Dianoia (rasio diskursif analitis), Noesis (rasio intuitif).
Kedua pemikiran Aristotle menyusun kemampuan memahami "sesuatu" dengan 1 substansi, dan 9 kategori. substansi  kondisi atau analisis tentang "suatu X", melalui 3 kaidah yakni Techne Dianoia, Phronesis Dianoia, Episteme Dianoia. Bidang Techne Dianoia apa yang dikenal secara umum dalam tatanan ilmu 10 Kategori Aristotle atau 1 substansi dan 9 kategori predikat potensi. Potensi sesuatu X berupa (1) substansi dengan 9 potensi ; "kuantitas, kualitas", relasi, tempat, waktu, posisi, kondisi, aksi atau tindakan (aktif), dan dikenai aksi atau tindakan (pasif). Kesepuluh kategori ini, dibagi menjadi dua yakni predikat essensial yang adalah kategori substansi dan predikat aksidental yang meliputi sembilan kategori lainnya. Demikianlah Organon ("Instrumen") untuk mencapai high performance menjawab episteme apa itu "Mutu";
Ketiga adalah cara memaham mutu  kajian filsafat Immanuel Kant (1724-1804), tetang hakekat manusia universal dan memahaminya terutama pengetahuan transcendental melalaui synthesis-analitic rationalism dan empiricism dalam 4  kategori :  Kuantitas,  Kualitas,  Hubungan,  Pengandaian, kemudian dijabarkan dalam dan 12 Ketegori. Ada tiga pertanyaan yang bisa dijawab tetantang mutu; dengan meminjam pemikiran Kant: (a) What can I know? Atau apa yang dapat saya ketahui, (b) What should I do? Apa yang dapat saya kerjakan, (3) What may I hope? Apa yang dapat saya harapkan. Maka pertanyaan tentang Apa yang dapat saya kerjakan bisa kita pinjam memahami apa itu bermutu;
Keempat adalah "Rene Descartes", mengusung tema "aku berpikir maka aku ada", membuat kategori penting tentang rasionalitas terutama penggunaaan matematika  dengan"Koordinat kartesius" memungkinkan seseorang untuk menentukan lokasi suatu titik di bidang, atau dalam ruang tiga dimensi, bahkan 4 dimensi. Koordinat Kartesius (disebut koordinat persegi panjang) suatu titik adalah sepasang angka (dalam dua dimensi) atau triplet angka (dalam tiga dimensi) yang menentukan jarak bertanda dari sumbu koordinat. Bidang ini dipakai dalam menjelasakan bidang ilmu ekonomi sampai saat ini untuk menjelaskan episteme Apakah Arti Bermutu?
Kelima adalah Hans-Georg Gadamer, melalui "' Kebenaran dan Metode (Wahrheit und Methode); memliki makna Pertama, Gadamer ingin menjelaskan letak historis dan linguistik pengetahuan manusia dan untuk menekankan perlunya dan produktivitas tradisi dan bahasa untuk pemikiran manusia. "Wujud yang bisa dipahami adalah bahasa", maksudnya Wujud mendasari, melampaui, dan memungkinkan adanya bahasa. Kedua, Gadamer berusaha melawan keangkuhan positivisme abad ke-20 dengan menunjukkan bahwa kebenaran tidak dapat direduksi menjadi seperangkat kriteria, seperti yang disarankan oleh para pendukung metode ilmiah.
Sama seperti Gurunya Martin Heidegger (Being dan Time), berusaha mengungkap cara "Being" membuat makhluk menjadi mungkin, demikian Gadamer bertujuan untuk menunjukkan bahwa kebenaran yang diturunkan dari metode membutuhkan Kebenaran yang lebih dalam dan lebih luas. Untuk memperluas domain kebenaran di luar metode, Gadamer menjelaskan kebenaran sebagai sebuah peristiwa. Pada dasarnya, kebenaran bukanlah apa yang dapat ditegaskan relatif terhadap seperangkat kriteria, melainkan suatu peristiwa atau pengalaman di mana kita menemukan diri kita terlibat dan berubah..
Dengan meminjam rerangka pemikiran 5 punggawa ini, maka seluruh ilmu pengetahuan sampai saat ini adalah hasil pinjaman pemikiran tohoh-tokoh ini, seperti dikatakan oleh  A. N.. Whitehead, bahwa "seluruh ilmu pengetahuan Eropa dan Dunia adalah hanya catatan kaki dari ilmu Platon/Plato". Maka saya dapat simpulan (1)  membuat pengertian apa itu bermutu menjadi tidak mudah dan gampangan; (2) tetapi dalam hal-hal praktis seringsekali dipakai dua hal yakni kualitatif, dan kuantitatif, (3) untuk menyatakan sesuatu itu bermutu dibutuhkan "kompetensi" yang bersifat melampaui dalam kategori-kategori;  (4) semua pendekatan pasti memiliki sifat "paradox";
Apakah Arti Bermutu? Sekali lagi tidak mudah dipahami dan dijelaskan. Tetapi yang umum adalah ada dua pendekatan meminjam pemikiran episteme pada 5 punggawa tersebut yakni bisa bersifat kualitatif, bisa bersifat kuantitatif. Bisa bersifat kualitas, bisa bersifat kuantitas. Pada gambir saya di tulisan ini mencoba memahami Apakah Arti Bermutu dengan dua model yakni "kualitas_kuantitas". Maka yang disebut bermutu jika (b) "kualitas tinggi_kuantitas tinggi; Â dan gagal mutu adalah kebalikannya (d) kualitas rendah_kuantitas rendah; Â (c) kualitas rendah_kuantitas tinggi; (a) "kualitas tinggi_kuantitas rendah; Â paradigm ini bisa dipakai dalam bidang apapun, bisa ekonomi dan bisnis apapun untuk menilai Kinerja (performance), bisa menilai SDM, mutu tulisan karya, dan seterusnya yang tak terhingga bisa dikembangkan.