Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Google dan Bekerjanya Sistem Ideologi

10 Desember 2020   01:14 Diperbarui: 10 Desember 2020   01:16 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sensor tidak hanya top down (kekusaan kuat pada yang lemah). Sebagai subjek dan konsumen,  secara sadar dan tidak sadar menyensor diri kita sendiri untuk menyesuaikan dengan standar masyarakat atas nama kebenaran tunggal (dominasi vs eliminasi). Warga negara yang baik tahu bahwa ada beberapa keyakinan dan pemikiran yang tidak boleh dia publikasikan (meskipun orang yang sembrono biasa melakukannya di media sosial).

Ada hal-hal tertentu yang tidak boleh kita katakan dan mungkin tidak boleh kita katakan. Jarang bagi kita untuk secara aktif mengumpulkan informasi   mungkin menghilangkan atau menyanggah pandangan umum   tentang dunia. Setiap hari, minimal diatas 100 jutaan orang menelusuri Google untuk hal-hal yang sudah mereka ketahui atau terima. Google bahkan menyediakan daftar kata kunci pencarian sebelum seseorang selesai mengetik! Dunia yang dibangun dari yang sudah dikenal adalah dunia di mana tidak ada yang bisa dipelajari; jelsa didalammnya ada idiologi dan autopropaganda yang tidak terlihat, mengindoktrinasi   dengan ide-ide itu sendiri."

Dengan kata lain, prasangka  ditegaskan kembali, secara digital, setiap hari  dengan cara yang terus meningkat melalui penggunaan personalisasi web.   

"Masa depan web adalah tentang upaya tersembunyi yang mengaliensikan manusia; Pornografi adalah salah satu industri yang paling menguntungkan di internet, jadi kita   dapat menganggap internet sebagai arsip pornografi yang sangat besar. Porno menawarkan kepada kita apa pun yang tampaknya jimat, dan meskipun konsumen porno mungkin mencoba beberapa hal baru yang tidak biasa, dia tahu apa yang membuatnya marah. Dalam hal pornografi,   sudah memahami apa yang kita lihat bahkan sebelum kita melihatnya. Harapan inii mengungkapkan pemahaman sebelumnya terlepas dari konten tertentu apa pun.

Pra-pengakuan, atau predisposisi ini, dapat dipahami sebagai prasangka   merasakan. Prasangka biasanya dianggap reaksi spontan yang tidak reflektif. 

Kata "prasangka" adalah sebuah kata yang merendahkan, dan warga negara maju yang terpelajar bangga karena menolak pemikiran dan klaim berprasangka, terutama yang berkaitan dengan masalah sosial. Ini adalah konsepsi prasangka yang sepenuhnya negative;   prasangka terhadap prasangka. Dalam konsepsi ini, prasangka hanya berfungsi untuk membatasi pemikiran dan membatasi cakrawala interpretatif.

Maka jangan-jangan demokrasi kita hari terbukti sebagai demokrasi yang setiap hari beroperasi atas dasar kebohongan, rahasia, dan ketidaktahuan massal." 

Semua hal didunia ini "tidak ada fakta, hanya interpretasi dan persepsi; interprestasi yang didominasi dan jika kita misalnya mencari cukup lama di  Wikipedia  maka kemungkinan kita menemukan apa seperti apa yang dikatakan Paul Ricoeur, mengidentifikasi Marx, Nietzsche, dan Freud sebagai pendiri "Sekolah Kecurigaan"," Kita semua patut curiga apakah Google ada idiologi bawah sadar mempertajam "Ilusi dan kebohongan pada kesadaran umat manusia". 

Atau mungkinkah Google merehabilitasi mampu membuktikan pada prasangka ini atau justru membuat indoktrinasi prasangka?. Atau "Pandangan yang benar-benar obyektif  " adalah tidak mungkin,  dan pandangan yang terletak selalu berprasangka.

Google mungkin perlu dipahami dengan pendekatan "Sekolah Kecurigaan, seperti yang dikembangkan oleh filsuf Paul Ricoeur, berusaha mengejar dan mengungkap konspirasi, kebohongan, dan manipulasi.    Ricoeur sama dengan pendahulunya Nietzsche, Marx, dan Freud,  dengan dokrin "ahli kecurigaan".

Bagi Nietzsche, semua interpretasi, baik itu teks atau kehidupan seseorang, mengkhianati keinginan mendasar untuk "keinginan untuk berkuasa." Marx berfokus pada posisi kelas dan produk budaya dan ekonomi sebagai menyembunyikan dan membenarkan hubungan dengan "alat produksi", dikuasi kapitalisme material. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun