Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sadulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa, Bagian ke 3)

17 November 2020   17:08 Diperbarui: 20 Oktober 2022   20:49 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat Roh Jawa Kuna_ Dokpri

Sedulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa, Bagian 3)

Rahayu rahayu Sagung Dumadi,___Tulisan ini adalah diskursus ke 3, dengan tema Sedulur Papat Limo Pancer pada Kajian Filsafat Roh Jawa  dengan penjelasan sebagai berikut:

Argumentasi Hermeneutika dan Semiotika (3); 

Untuk Argumentasi Hermeneutika dan Semiotika (2) tema diskursus Sedulur Papat Limo Pancer pada Kajian Filsafat Roh Jawa saya meminjam pemikiran Martin Heidegger filsafat "Being and Time: Rene' Descartes tentang Mind and Body (bukan dalam artian dualitas tetapi dalam artian kemenyatuan/manunggal), dan kedua adalah filsafat   Maurice Merleau-Ponty tentang Fenomenenologi Tubuh atau filsafat tubuh dan keterhubungannya dengan bukan tubuhku. Dan ke 4 saya meminjam atau melakukan trans substansi filsafat wajah manusia karya filosofi Emmanuel Levinas.

Tubuh  sebagai keutamaan untuk mengetahui dunia,  menempatkan kesadaran roh mental Jawi sebagai sumber pengetahuan, dan mempertahankan tubuh dan apa yang dirasakannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tubuh adalah alat mengetahui dunia (terutama secara Jasmani) kemudian diartikulasi keutamaan perwujudan membawanya menjauh dari fenomenologi menuju apa di sebut "ontologi tidak langsung" atau ontologi "daging dunia" menuju manunggaling antara  The Visible dan Invisible;

Lalu bagaimana penjelasannya dikaitkan dengan tema Sedulur Papat Limo Pancer pada Kajian Filsafat Roh Jawa?; Untuk tulisan ini maka saya bisa mengambil salah satu sudut pandang pada metafora lakon wayang mencari "Kayu Agung Susuhing Angin" atau ketika Bima diperintah Begawan Durna untuk mencari "kayu gung susuhing angin". Sesungguhnya dia tidak dapat mencari dan menemukan "wujud kayu besar tempat angin bersarang";

Adapun nama hutan tersebut adalah hutan Gunung Reksa Muko. Ini adalah upaya mencari "sari pati kehidupan" atau pancer, sambung hidup (tanduran) dengan leluhur alam mendahului manusia; semacam waskita Jawi mripat siji; yang dirasakan atau diselaraskan; termasuk menselaraskan dengan 3 alam semesta watak surya (matahari) menghidupi, wataknya candra (bulan) menarik hati dan tidak melukai rasa apapun, dan wataknya bintang (kartiko) keindahan petunjuk prestasi kehidupan, symbol Hasto  Broto atau perbuatan manusia dalam 8 perkara kehidupan menghormati apapun dialam semesta ini sebagai proses kehadiran ""  bersifat manunggal dengan titah Tuhan Maha Esa; manusia tidak bisa melawan kitab agung alam semesta ini maka diperlukan sikap "sabar, tawakal, dan nrimo" supaya bisa selamat;

Sadulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa, Bagian ke 3)/dokpri
Sadulur Papat Limo Pancer (Kajian Filsafat Roh Jawa, Bagian ke 3)/dokpri
Semua memiliki "wawelar" masing-masing sabar artinya sareh, anndap ansor menghormati orang lain (non konflik), tawakal artinya tabah, tidak gampang mengikuti apa saja jika bukan suatu kenyataan, atau mengikuti apapun yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara moral, atau jiak sengsara tidak putus asa mengeluh, dan jika mendapat kemulyaan tidak menjadi arogan sombong, dan sikap Nrimo Ing Pandum, menerima apa saja yang diberikan, mencari jika belum punya, dan tidak malas, tekun, dengan pikiran jernih dan bersih (semeleh); semua realitas diterima tanpa protes apapun; semua hukuman ada karena ada kesalahan,

 diluar itu pentingnya olah rasa (sembah roso) atau memahami dengan mata batin; misalnya kesalahan dalam hitungan hari atau tanggalan Jawa (Weton) dalam bertindak adalah penyebab lain kesalahn muncul; kesalahan harus di "selamatan"/ditebusi; mohon ampun kesalahan pada Tuhan.  Tradisi jawa maka tiap kelahiran manusia perlu diselamatin simbong peringatan kepada kita bahwa ada yang memelihara kita sampai hari ini;

Kembali kepada Wayang Ringgit pada lakon "Kayu Agung Susuhing Angin", lakon wayang berjudul Dewa Ruci. Untuk mendapatkan 'rasa' seperti yang diucapkan oleh Resi Durna itu, Bratasena harus mencari kayu gung susuhing angin (kayu besar sarangnya angin);

"Kayu Agung Susuhing Angin", tempatnya ada di hutan Gunung Reksa Muka. Reksa artinya menjaga,  dan Muka artinya wajah ("filsafat wajah manusia karya filosofi Emmanuel Levinas");  dan persis disinilah ditemukan Sedulur Papat ada pada muka atau wajah  manusia, yakni  hidung, mata, telinga, dan mulut, dan ke (5) adalah keutaman pancer "Kelenjar pineal" yang memungkinkan manusia menjadi mampu mempertimbangkan semua hal pada tatananya. Lalu dari 4 sadulur  hidung, mata, telinga, dan mulut, mana yang lebih memiliki kualitas?  Jawabannya ada pada tema "memandang ujungnya hidung, menahan hawa 9 atau "nutupi babahan hawa songo"; maka Hidung adalah indrawi paling objektif. Pucuk hidung manusia disebut "Gunung Reksamuka" (yang menguasai wajah) dalam Serat Dewa Ruci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun