Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu "Matahari"?

18 Oktober 2020   12:17 Diperbarui: 18 Oktober 2020   12:22 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokument Pribadi_ Dialog Glaukon Dengan Socrates sebagai hidup mati atau bolak balik menanjak (anabasis), turun (katabasis) Plato mengunakan istilah

Apa itu Matahari?

Tulisan ini adalah kajian filsafat dan seni memahami apa itu Matahari? Pada tulisan ini Matahari dipahami sebagai cahaya, api, terang. Pertanyaan tidak menggunakan satu pengertian tuanggal, dimana  matahari atau api selalu memberikan cahaya. 

Matahari adalah kebaikan, sekaligus bersifat paradox. Misalnya bila dikaitkan dengan Tata Surya, maka pengertian matahari menjadi tak terdefinisikan sampai hari ini. Jawaban yang mungkin adalah bersifat beberapa kemungkianan metafora, atau dalam artian makna simbolik. Tata surya diturunkan dalam artian tatanan, semisal ada istilah tata diri, tata keluarga, tata negara, tata buana, sebagai pengertian "system" saling berhubungan.

Atau jika dimaknai dalam artian sejauh manusia maka matahari selalu dihubungkan dengan hakekat harta karun simbolisme, membiaskan makna api yang tak terhitung jumlahnya, seperti cinta, nafsu, semangat, kehidupan, gairah, seni, imajinasi, kebebasan, revolusi dan - menembakkan pikiran  kreativitas (semacam keberadaan pada ( proses "Pencerahan Akal Budi Manusia);

Ada 4 anasir dalam tradisi ontologis semua yang ada yakni api, air, udara, dan tanah. Maka pengertian Api  sebagai Tuhan, pengetahuan, kebenaran, pancaran kenyamanan ilahi, atau nyala api kemarahan ilahi. Api sebagai sumber kehangatan, cahaya, budaya, makanan ('kalori'), teknologi, penemuan dan sains, tetapi regu tembak atau bom atom. Api dapat memurnikan, meregenerasi, dan menghancurkan. Simbolismenya berkisar dari seksual (api vertikal, muncul dari percikan api, diciptakan dengan menggosok), hingga teologis: manusia mendapat sesuatu yang dilarang dan ilahi, seperti kisah penciptaan lainnya. Maka istilah kekinian apa yang dikatakan bahwa 'Setiap teknologi yang di miliki,' katanya (kata techne dapat berarti seni, sains, kerajinan, pengetahuan apa pun tentang cara melakukan sesuatu), 'berasal dari Prometheus.' Kemudian memberi alasan kemanusiaan, memelihara hewan, menemukan kapal, mengajari mereka matematika, kedokteran, pertambangan, membangun rumah, jalan raya, bagaimana membaca bintang untuk kalender pertanian, bagaimana menulis. Di hadapannya, 'mereka memiliki mata tetapi tidak melihat, memiliki telinga tetapi tidak mengerti. Dan pada pemikiran ini maka matahari atau api adalah symbol kehadiran antara dilektika antara "Kekuasaan dan Kekerasan",

Lalu apa itu matahari?.  Mungkin dapat dikatakan sebagai "sesuatu yang tak terbatas"; lalu mengapa dikatakan matahari atau api sebagai sesuatu yang tak terbatas.

Tradisi akademik menjelaskan saya ambil dari metapora bahwa Kebanyakan budaya dengan cerita tentang api melihat asal-usulnya sebagai pencurian. Api dicuri, dari seseorang yang tidak ingin membaginya. Adalah Di Yunani kuno, api dicuri oleh Prometheus hukumannya oleh Zeus, penguasa para dewa. Prometheus adalah figur pola dasar pemberontakan revolusioner, dirantai ke batu dengan seekor elang memakan hatinya setiap hari,  beregenerasi hanya untuk dimakan lagi keesokan harinya. 'Api' juga 'hidup'. Dalam satu cerita, Prometheus tidak hanya memberi api pada manusia, dan karena itu peradaban, tetapi  menciptakannya. Atau bisa membandingkannya dengan lilin yang bisa dia nyalakan kembali. Baginya, 'Saya tidak tahu di mana panas Promethean itu  membuat terang manusia dikembalikan; sampai Heracles membunuh rajawali dan membebaskan Prometheus; dan yang ketiga, Pembawa Api Prometheus, akhirnya Prometheus berdamai dengan Zeus.

Untuk pencurian api oleh Promethus ini ada episteme yang menghubungkannya dengan pertanyaan etis dasar tirani, keadilan, kebebasan, pembangkangan, dan revolusi, kebencian, sebagai "Pandora", membawa penderitaan bagi manusia. "Pendoroa" atau Dia adalah korban lain dari Zeus, dan cermin bagi Prometheus.

Tokoh protagonis menjelaskan metafora matahari ada dalam  Plato's Allegory of the Cave atau (Republik Platon, Buku VII)  melepaskan diri dari rantainya dan kegelapan gua, mencakar dan mengorek jalan keluar dari gua menuju cahaya matahari yang menyilaukan tetapi menginspirasi, melambangkan kebenaran universal dan pengetahuan objektif tentang bentuk-bentuk abadi (seperti nilai: Kebaikan, Cinta, Kesalehan, Keadilan, Kegunaan, dan seterusnya)  yang diperoleh jiwa melalui penggunaan akal murni yang bebas dari kerusakan tubuh duniawi kita. Sebagaimana Dialog Glaukon Dengan Socrates sebagai hidup mati atau bolak balik menanjak (anabasis), turun (katabasis) Plato mengunakan istilah "eikon" dengan menggunakan metafora alegori Gua untuk mencapai ["idea Yang Baik" atau "ten tou agathou idean"]. Platon membagai 3 bentuk metafora alegori untuk mencapai ["idea Yang Baik"] yakni: (1) Matahari (Sun), (2) Dua Garis Membagi (Divided Line), (3) "The 'Allegory Of The Cave" atau alegori Gua (Cave).

Setidaknya ada 3 hal metafora matahari Matahari versi Platon; (a) Seperti halnya dengan cahaya matahari yang terlihat menjadi jelas oleh mata, demikian pula dengan cahaya kebenaran dan keberadaan - berbeda dengan senja menjadi dan binasa - sifat realitas dibuat bisa dimengerti oleh jiwa. (b) Seperti halnya cahaya dan penglihatan dapat dikatakan seperti matahari, namun bukan matahari, demikian pula sains dan kebenaran dapat dikatakan seperti Yang Baik, namun tidak menjadi Yang Baik; ada terang dan penglihatan oleh matahari, dan oleh Kebaikanlah ada sains dan kebenaran. (c) Sebagaimana matahari adalah pencipta nutrisi dan generasi, demikian juga Kebaikan adalah pencipta keberadaan dan esensi. Dengan demikian, Kebaikan melampaui keberadaan, dan penyebab semua keberadaan. Matahari bagi Platon adalah tarikan kepada kebenaran dan kebaikan; maka bagi Platon matahari adalah bagian keutamaan manusia pada proses pendidikan pada keluhuran dalam karakter moral [kalokagathia] dan pembatian nilai tersebut sebagai sosok manusia yang elok dan baik ["kalos kagathos"] sehingga menjadi manusia adil [wujud hasil paideia menjadi filsuf alamiah].

Matahari pada metafora "The Divine Comedy" Italia abad ke-14 Dante Alighieri, matahari melambangkan/symbol  kepenuhan esensi Tuhan, yang hanya dapat dilihat oleh mereka yang diizinkan masuk ke Firdaus karena cinta ilahi  mereka yang telah mencakar jalannya mendaki gunung Api Penyucian menuju cahaya yang memancar dari surga, membersihkan diri mereka dari kebiasaan berdosa mereka dalam prosesnya. Teks matahari pada repleksi Nietzsche: "Penilaian yang Melelahkan". Bagi Nietzsche, matahari, yang sering dia gunakan dalam arti negatif alih-alih dengan konotasi positif pada apa yang disebut sinar matahari dan iluminasi, menonjol dalam puisi pendeknya. Nietzsche menayatakan "Matahari dikutuk oleh semua orang yang letih; bagi mereka nilai pohon adalah yang rindang dan- teduh!; dan Nietzsche di baris terakhir puisi itu, menyatakan nilai dari pohon bukanlah tinggi atau kebanggaan mereka terhadap matahari; nilai pohon adalah memberikan bayangan di dalamnya untuk bersembunyi dari matahari.

Matahari, bagi Nietzsche, adalah metafora ganda, baik untuk pencarian objektivitas yang sentral bagi filsafat Barat dari Socrates dan Platon dan seterusnya seperti yang dilambangkan dalam Allegory of the Cave (Republik Platon) dan untuk penerangan ilahi dan kepenuhan Tuhan dalam teologi agama-agama.

Bagi  Nietzsche ada sesuatu yang tidak mudah untuk dikatakan dalam horizon waktu seperti dalam  (metafora manusia Onta, Singa dan Bayi) bahwa tujuan hidup bukanlah menuju ke sinar matahari, metafora usang fajar filsafat Barat dan zaman pencerahan, melainkan untuk menghindari metafora sinar matahari sebagai bahaya paling parah bagi sifat asli manusia sebagai individu yang lengkap dengan kemampuan untuk melampaui moralitas kawanan kampungan dengan penekanan berlebihan pada rasionalitas, objektivitas, dan moralitas sebagai esensi sifat manusia. Nietzsche untuk menggambarkan mereka yang bersembunyi dari sinar matahari dalam arti yang ironis tragis, atau lahirnya Tragedy.

Dokumen Pribadi_ Dialog Glaukon Dengan Socrates sebagai hidup mati atau bolak balik menanjak (anabasis), turun (katabasis) Plato mengunakan istilah
Dokumen Pribadi_ Dialog Glaukon Dengan Socrates sebagai hidup mati atau bolak balik menanjak (anabasis), turun (katabasis) Plato mengunakan istilah
Terakhir adalah bagimana pemahaman Apa itu Matahari dalam rerangka pemikiran Indonesia lama atau Kuna atau Klasik?;

Pada tradisi Indonesia Kuna dikenal dengan matahari sebagai symbol pada kata "Wiwitan" atau timur atau asal usul atau permulaan, atau alam purwo dalam pemahaman "kasunyatan/realitas"; atau tertinggi pada Sang Hiyang Keresa (Yang Maha Kuasa) Menghendaki). Matahari atau api adalah representasi pada kenyataan realitas pada  Batara Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa), Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Niskala (Yang Goib). Matahari adalah symbol tata diri sifat keutaaman manusia menciptakan resolusi pemikiran pencerahan manusia. Dibawah matahari manusia mengalami proses diri meniru (mimesis) atau semacam perwakilan "Pusaka Buana" keterwakilan "Batara Buru" dimana semua hal harus berdasar nalar, logika, memahami semua cara padang, dan berdasarkan turunan "karya sastra Agung" (Indonesia Kuna) atau tembang Luhur. Maka matahari adalah symbol meraawat, memelihara, dan bukan merusak apapun. Semua benda apapun dibawah matahari adalah memiliki jiwa/rohani  dan sifat jasmani";

Metafora matahari ini bisa dimaknai pada proses siklus ada dan menjadi pada pengertian "Kabuyutan" atau "Tanah suci" Indonesia atau disebut trans_substansi manusia sifat Sang Hyang Wenang pada alienasi diri manusia sebagaimana ada dalam epos teks "Batara Manikmaya (Batara Guru"). Secara umum metode pemahamannya dapat dilakukan dengan ontologis HO NO CO RO KO  versi Jawa Kuna;

Maka matahari adalah symbol "Ngesti Suwung Wenganing Bumi (Suasana Hening memahmi Membuka Bumi) kemudian ditrans substansikan pada Dokrin Manunggaling Kawula Gusti, Suksma Kawekas (Tuhan Sejati) dipahami sebagai "Utomo Roso" sebagai proses batin sampai Moksa menjadi sifat-sifat Konsep Tuhan Maha Esa {"Tan Keno Kinoyo Opo"}. Metafora Kawruh Kisah Dewaruci adalah inti "Sangkan Paraning Dumadi" itulah siafat keutamaan di bawah matahari wujud   "memayu hayuning bawana";

Matahari adalah daya energi vital pada seluruh alam semesta yang memiliki fungsi lahiriah batiniah bahkan melampaui untuk "memahami kekosongan": {"ada, sama, berbeda, bergerak, dan diam"}.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun