Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Itulah "Karma mu"

29 Maret 2020   18:53 Diperbarui: 29 Maret 2020   18:50 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • Malam belum pergi,
  • Dingin, bisu, dan lembab,
  • Dibangunkan oleh binatang dan berbintang:
  • Di rayu oleh buah-buahan seperti sorga
  • Tidak seorang pun dapat membawa berita bunga-bunga cinta:
  • Setengah mekar bunga-bunga itu akan terbang,
  • Setengah embun mereka akan mengering, pergi tanpa jejak
  • Setengah rasa turut pergi dibawa oleh waktu.
  • Jadi  tanpa memohon lebih lanjut,
  • Jika  kamu tidak akan mencari aku lagi
  • Dari buahmu meskipun banyak mengering, pergi tanpa jejak,
  • Tidak lagi bergoyang, mendengkur, semua mengering, pergi tanpa jejak
  • Tapi tampak pusingmu, mengering, pergi tanpa jejak
  • Mendengus dan menggeram senyummu mengering, pergi tanpa jejak.
  • Satu panggilan membuatnya bangga, itupun kini hilang mengering, pergi tanpa jejak
  • Butir silang, tidak beradab; tersisa luka batin, tidak ada resep dunia mampu mengobati
  • Nada kecewamu nyaring, bordering seperti detik jarum jam
  • Penampilan priamu  jahat, apalagi hati dan jiwanya
  • Memukul ekor kesalahan masa lalu itupun kau pun tak mampu
  • Masalah dan bencana menginjak dan mendesaknya,
  • Siku, jari, tumit, bahu dan mendorongnya,
  • Cakar dengan kuku kebencian, kesusahan, penderitaan
  • Menggonggong, mengeong, mendesis, mengejek, mengolokmu
  • Merobek gaun kehidupanmu dan mengotori langkah kakimu, mengotori kehidupanmu
  • Mengerutkan rambutnya sampai ke akarnya, tanpa bisa dilakukan apapun
  • Alas rumahmua adalah "karma kehidupan" di atas kakinya yang kasar mematikan,
  • Pegang tangannya dan peras buahnya sudah tidak pernah kau jumpai lagi
  • Melawan, memberi makan mulutnya untuk hidup kau pun tak mampu.
  • Seperti bunga bakung dalam banjir 110 tahun,  itulah "karma mu"  
  • Seperti batu batu biru-urat membelah jari kakimu,  itulah "karma mu"
  • Seperti mercu suar yang ditinggalkan sendirian, itulah "karma mu" -
  • Di laut yang menderu, ombak ganas, ikan buas, itulah "karma mu" -
  • Mengirimkan api keemasan, menghancurkan kehidupan, itulah "karma mu", -
  • Seperti pohon jeruk dibakar musim kemarau 300 tahun, itulah "karma mu" -  
  • Putih dengan bunga madu-manis hancur dimakan gempa bumi,  itulah "karma mu" -
  • Sore dilanda oleh tawon dan lebah, angin puting beliung,  itulah "karma mu" -  -
  • Seperti kota perawan kerajaan dibakar rakyat kelaparan, itulah "karma mu" -
  • Sekali lagi, itulah "karma mu" -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun