Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hesoid dan Nomos

22 Maret 2020   21:52 Diperbarui: 22 Maret 2020   21:51 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hesiod   menjelaskan asal-usul, otoritas, dan penghargaan keadilan. Di sini Hesiod eksplisit:  Putra Kronos [yaitu, Zeus] telah menetapkan hukum [nomos] ini untuk manusia: Ikan, dan binatang dan burung bersayap saling makan-memakan, karena tidak ada keadilan [dike] di antara mereka.  Tetapi bagi manusia  telah memberikan pemahaman apa itu keadilan [dike], yang ternyata yang terbaik  sejauh ini dalam alam semesta. 

Dan jika seseorang tahu dan bersedia untuk menyatakan apa yang adil [ta dikaia],  Zeus   terdengar jauh memberinya kekayaan kepada mereka. 

Keadilan berasal dari nomos dalam arti Hukum yang ditahbiskan secara ilahi; dan Hesiod menekankan  hukum Zeus ditegakkan. Namun hukuman tidak boleh dikunjungi langsung pada orang yang tidak adil, melainkan: seluruh kota menderita karena ketidakadilan para pemimpinnya, dan pembalasan mungkin jatuh pada keturunan seorang pria.

Selain itu, Hesiod tampaknya pada satu titik goyah, dan memungkinkan   jika orang fasik tidak dihukum, kita tidak akan memiliki alasan yang baik untuk menjadi adil. 

Keraguan tentang keandalan imbalan dan hukuman ilahi kemudian menjadi bagian penting dari motivasi untuk tantangan tidak bermoral.

Pada teks buku 2 Republic Platon, Adeimantus mengeluh  para penyair tidak konsisten dalam hal ini, dan lagi pula ganjaran dan hukuman yang mereka janjikan tidak menunjukkan apa yang baik dan buruk tentang keadilan dan ketidakadilan dalam diri mereka sendiri.

sumber : Stanford Encyclopedia of Philosophy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun