Semanjak pemerintah, dan masyarakat public sepakat tentang Pandemi Corona maka semua kuliah tatap muka dan aktivitas tri dharma perguruan tinggi pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat dialihkan dengan meliburkan semua kegiatan akademik sampai [1] satu bulan semenjak sabtu lalu tanggal 14 Maret 2020.
Pembatalan acara wisuda, pembatalan bedah buku, pembatalan call for paper, pembatalan sidang skripsi, tesis, dan ujian promosi doctoral, pembatalan riset mencari data di lapangan, pembatalan pengabdian pada masyarakat, dan semua aktivitas kampus dihentikan sampai waktu yang ditentukan kemudian;
Pertanyannya adalah bagimana rasionalitas dan hakekat pada Kajian Filsafat Penutupan Perkuliahan di  Kampus Akibat Pandemi Corona dapat dipahami?
Selanjutnya semua aktivitas  tri dharma ini dilakuan dengan mengalihkan tatap muka, pertemuan, dialog, diskusi dan pemaparan ide didepan public dengan menggantikannya melalui teknologi, misalnya E-Learning, E-studi, E-skripsi, E-Tesis, atau berbasis online, menggunakan Fitur 'Group Video Calling; atau VideoCall whatsapp; elearning videos, video conference, dan seterusnya;
Pandemi Virus Corona yang melanda Indonesia, dunia, memiliki implikasi luar biasa pada perubahan sudut padang [world view] manusia dan dunia kampus, bahwa era sudah berubah, perubahan mutlak terjadi, tidak dapat diprediksi, dalam waktu yang begitu singkat, cepat, dan pada saat yang sama  ada perubahan sikap mental manusia pada kesiapan, dan persiapan perubahan tersebut.
Kita mesti masih bersyukur beberapa kampus di Jakarta selama lebih dari 10 tahun terakhir sudah menerapkan system E-Learning untuk beberapa matakuliah yang dipilih, dan memungkinkan menggunakan metode ini, dan beberapa matakuliah non E-Learning masih terus berlangsung.
Namun akibat Pandemi Virus Corona  maka semua matakuliah yang sudah berlangsung menjelang UTS dipaksakan diubah secara totalitas seluruhnya menjadi system "E-Learning" atau non tatap muka;
Akibat Pandemi Corona yang melanda Indonesia, dunia, memiliki implikasi luar biasa pada perubahan sudut padang [world view] manusia dan dunia kampus  adalah sesuai dengan pemikiran 3 tokoh penting dalam paradigm krisis yakni Tarnas, Popper, dan Kuhn;  Tiga tokoh ini sampai pada simpulan bahwa umat manusia dalam progress nya mengalami apa yang disebut krisis, dan harus berubah dari satu pola hidup cara kerja lama menjadi cara kerja baru, dan inipun tidak stabil, selalu ada perubahan yang terus berganti, dan tidak ada apa yang disebut system permanen;Â
Artinya satu era akan berubah, berganti, dan mengalir, dan pada kondisi ini perubahan itu sedikit agak radikal, memaksa, dan dipaksankan oleh Pandemi virus Corona;
Agar tulisan ini memiliki pendasaran maka berikut ini saya sajikan cara pandang pada perubahan sosial budaya, dan cara hidup manusia dalam siklus perubahan yang bersifat niscaya;  pada  The Crisis of Modern Science": Richard Tarnas (1993), atau model   falsificationism  Popper (1959) pada paradigm mental kondisi mental dunia, P1.....> TS.....> EE.....> P2....>TS ....>EE .....> P3 dan seterusnya. Artinya P1 = problem awal (penolakan terhadap teori/kondisi yang ada); TS = tentatif solution (solusi penyelesaian teori); EE = error elimination (penyataan yang di tarik dari teori baru untuk diuji empirik/di coba alternative ; P2 = problem baru (teori baru yang bermasalah); maka Pandemi virus Corona memungkinkan memperoleh jawaban pada paradigm ini "tentatif solution" dengan menggantikan tatap muka kuliah diruang kelas menjadi pembelajaran dalam bentuk E-Learning, E-studi, E-skripsi, E-Tesis, atau berbasis online, menggunakan Fitur 'Group Video Calling; atau VideoCall whatsapp; elearning videos, video conference, dan seterusnya;