Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Penjelasan Filsafat tentang Virus Korona [1]

16 Maret 2020   14:45 Diperbarui: 16 Maret 2020   15:51 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjelasan Filsafat tentang Virus Korona [1]-dokpri

Penjelasan Filsafat Metafisika  Virus Korona

Pada Penjelasan Metafisika Virus Korona saya akan meminjam pemikiran Yunani kuna sampai kepada pemikiran post strukturalisme dengan meminjam pemikiran Michel Foucault, Pierre Bourdieu, Gilles Deleuze, Paul Ricoeur, Jacques Derrida, Jean Baudrillard, Richard Rorty.  Pemikiran  Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-1900) tentang lahirnya tragedy manusia dan Genealogi "Nietzsche" yakni pengalaman menyakitkan;

Pertanyannya adalah apa itu virus Korona?

Ke [1] Korona sudah menjadi wabah dunia, dan belum ada obatnya, dan bisa mengubah wajah dunia baru melalui kondisi krisis moneter, krisis idiologi, dan krisis pendefinisian kehidupan dalam makna universal. 

Maka kehadirian virus korona adalah apa yang dikatakan dalam pendasaran ilmu bahwa semua hal didunia ini ada yang disebut paradox. Paradoks dalam artian persoalan manusia tidak bisa diatasi karena ada resistensi alam pada tatanan keindahan, kebaikan, dan keteraturan.  

Sehingga semua kehendak baik [sehat] dapat berlawanan oleh resistensi alam "akal sehat manusia". Paradoks yang dimaksud manusia sebagai bagian kecil dari alam [Makrokosmos] harus tunduk juga pada resistensi ini. Dan nama resistensi ini disebut penyakit, penderitaan, kesedihan, kematian, dan kegagalan. 

Niat baik dan sehat selalu tunduk pada kontradiksi kehendak manusia. Tradisi ini sudah ada sejak Yunani Kuna ada dokrin yang menyatakan ada " yang disebut ["Khora"] tentang paradox Plato's Timaeus atau sang Demiogos ("Demiurge," dmiourgos, 28a6), yakni penyebab ada persilangan api, air, angin, dan tanah atau unsur kosmos yang tidak dapat ditundukkan dalam rasionalitas manusia. Dan persis pada teks ini lah penyakit, penderitaan, atau sekarang disebut "Korona". 

Jadi korona adalah sebuah kondisi manusia akibat ketidaktundukan pada rasionalitas manusia dan tidak mampu dijelaskan, diprediksi, dan di tangani. Karena sewaktu alam dan isinya [termasuk manusia] diciptakan 4 anasir alam api, air, angin, dan tanah maka "ada" persilangan sisa yang tidak tunduk pada kebaikan, sehingga munculkan penyakit; maka persilangan atau resistensi inilah menghasilkan penderitaan atau saya sebut menghasilkan "chaos'; dengan kata senderhana Virus Korona adalah penyakit atau menciptakan ketidakteratuan [unregulated] pada akal manusia.

Contonya adalah kepala kita tidak bisa diputar 360 derajat, tangan kita tidak bebas hanya bisa ditekuk kedepan, kaki kita hanya bisa ditekuk ke belakang, dan pikiran jiwa kita sudah sampai Solo, tetapi badan kita ada di Jakarta, dan  masih banyak contoh lain yang dianggap paradox kondisi kebaikan yang tidak bebas, dan tidak tunduk pada rasionalitas manusia;

Ke [2] Virus Korona adalah bentuk lain apa yang disebut tanpa dapat dilihat dengan indra mata atau wujud tanpa bentuk, tanpa batas, dan selalu membongkar diri, melarikan diri melampuai (beyond) kemampuan rasionalitas atau "Nietzsche" (beyond evil and good) atau di sebut "tubuh tanpa organ". Virus Korona adalah bentuk "tubuh tanpa organ yang tak dapat dilihat mata". 

Maka dengan demikian virus korona membuktikan alam semesta ini adalah ada pertautan atau korelasi atau hubungan antara apa yang kelihatan mata, dan tidak kelihatan mata itulah Virus Korona. Maka system kerja Virus Korona bersifat dialektika pada dirinya sendiri, dan dialektika dengan sub system materi lain atau dialektika antara kelihatan mata, dan tidak kelihatan mata, dan hasilnya dapat di buktikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun