Burung  Rengganis Betina
Jantungku berdetak kencang, seekor burung rengganis betina! Patah sayap jauh!
 Lebih cepat dari yang impikan,
 Bumi sekarang dibuai pada desah kata akhir bagimu burung rengganis betina,
 Malam melayang di sisi gunung.
 Jubah kabut di sekelilingnya terlempar tanpa baju,
 Rusa raksasa yang menjulang berdiri,
 Seratus mata para dewa muncul hadir
 Dari kegelapan di hutan Alas Purwo lebat.
 Di atas bukit awan bulan sabit biru
 Lepaskan senja tanpa kata melalui kabut,
 Lembut angin mengambil kata belahan jiwa membuat ku segera
 Dengan sayap burung rengganis betina mengerikan di sekitarku mendesis.
 Malam membuat seribu hantu bernafas,
 Dari apa yang saya rasakan, kepalsuan penantian tak bertepi Â
 Pikiranku, wisa geni yang menghanguskan!
 Apa yang bersinar di hatiku wahai burung rengganis betina!
 burung rengganis betina yang saya lihat, penampilan kata tak menjawab,
 burung rengganis betina Keaslian manismu, milikku,
 burung rengganis betina Hatiku bersamamu, di sisimu,
 Saya bernafas untuk burung rengganis betina sendiri.
 Wajahmu burung rengganis betina memerah, seakan wajahmu
 Rona kemerahan dingin hati bersemi telah menangkap,
 Bagi  burung rengganis betina dan dewa-dewa!  kelembutan hati ini!
 Saya berharap, dan saya tidak pantas mendapat burung rengganis betina.
 Namun segera matahari pagi ada di sana,
Jantungku, Â menyusut ketika pergi aku mengambil dan mencarimu:
 Betapa riangnya ciumanmu burung rengganis betina,
 Kesedihan apa yang ada di hadapanmu!
 Aku pergi, burung rengganis betina berdiri dengan mata tertunduk,
 Dengan berlinang air mata burung rengganis betina melihat saya pergi:
 Namun, untuk dicintai, betapa bahagianya!
 Sungguh suatu kebahagiaan, para dewa, dan burung rengganis betina untuk dicintai!
Celah Gunung Sumbing Sindoro, 08-09-2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H