Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Martin Heidegger [3]

12 Maret 2020   16:20 Diperbarui: 12 Maret 2020   16:24 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika manusia harus mengalami tidak ada Tuhan di luar dirinya yang dapat diandalkan dan hubungkan, maka Sang Absolut menggantikan apa pun  dikitari manusia. Dia tidak lagi mengartikan perasaan eksistensial seperti kejutan, kekhawatiran atau keputusasaan sebagai dorongan Tuhan, tetapi melalui pengalaman tidak ada apa-apa. 

Martin Heidegger menggambarkan pengalaman paradoks ini sebagai "tidak memiliki apa-apa" atau "pengganti apa-apa". Dengan demikian "keberadaan tidak tiba pada makhluk yang Tuhan, tetapi disimpan dalam apa-apa. Bagi Martin Heidegger, manusia tidak lagi terguncang oleh kedekatan Tuhan, tetapi oleh kurangnya kedekatan dengan Tuhan, dengan ketiadaan.

Ini adalah titik ekstrim yang bisa dicapai oleh metafisika. Martin Heidegger  menyerahkan semua upaya untuk melacak sesuatu kembali ke Tuhan atau transenden lain, dan secara harfiah tidak ada yang tersisa. Kierkegaard sudah mengetahui paradoks ini. "Dan merupakan hasrat tertinggi dari pikiran untuk menginginkan dorongan, meskipun dalam satu atau lain cara dorongan itu harus menjadi kejatuhannya. Jadi ini adalah paradoks pemikiran tertinggi, menemukan sesuatu yang tidak dapat dipikirkan dengan sendirinya.

Sementara untuk Kierkegaard, bagaimanapun, gairah ini pada gilirannya adalah sejenis getaran mengguncang pikiran; meninggalkan dan menuntunnya untuk memahami  mengenali bidang keagamaan, Heidegger tetap sampai gilirannya dalam menggambarkan paradoks ini. Satu-satunya hal yang diketahui manusia adalah fakta (pengalaman) belaka pengalaman semacam itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun