Kata "Inggih" dipahami secara seni dengan kemungkian "Dasanama" adalah kata lain yang mempunyai arti atau makna sama atau bersinonim. Misalnya kata "Inggih" terbentuk dari kata "dasa" artinya sepuluh, kategori [mirip; Aristotle: 1 substansi 9 kategori, atau 12 kategori Kant];
Sekarang jelas dapat simpulkan, kata "Inggih" bukan menyatakan realitas harafiah, tetapi diperlukan pendekatan "subtil" [metafora wayang dimainkan malam hari"]; dikaitkan pada makna alagoris hermeneutika, semiotika, dan seni memahami dalam filologi kehidupan batiniah manusia Jawa universal.
Apa itu hal universal pada karakter umum batiniah Jawa? Jawabnya adalah: [a] hidup rukun dan enak dihati "non konflik, dengan Gusti Allah, Sesama, dan Diri Sendiri, [b] pandai menyimpan rasa [roso] disimbolkan dengan topi Blangkon ada buletinnya dibelakang, sekaligus menghilangkan logika bentuk "nrimo" semua realitas bisa dipahami pada lihat teks Dora Sambada]; [c] segala kata-kata harus dipepetkan dengan alam atas {Gusti Allah} atau sifat Manunggaling Kawula Gusti/ MKG.
[d] bukan masyarakat Jawa jika tidak akur/harmoni dengan "alam Gaib atau mistisme, [e] kehidupan adalah memangku merawat memelihara, dan hanya pada kebaikan; [f] simbol wayang, dan keris dimainkan dan dibersihkan malam hari bentuk halus rasa, [g] pada poiint a,,b,c,d,e,f, merujuk pada kata "Inggih" adalah identik dengan mengatakan hidup manusia Jawa bersifat siklis, jikalau hidup bersifat siklis, alam pandangan masyarakat Jawa 'jiwa/ roh' mendapatkan tempat. Persatuan dengan Tuhan terjadi di dunia karena dunia merupakan pengejawantaanNya; maka semua kata sikap, lelaku batin, adalah mengupayakan perjumpaan dengan Gusti Allah;
Kata "Inggih" bisa dipahami dalam konteks subtil "kemawaktuan" pada representasi siklis, symbol ketekunan menerima semua realitas "Nirimo Ing Pandum" bagian kehidupan menjalani tulus iklas tanpa patah. Artinya waktu 7 hari ataub tujuh nama hari memiliki makna sebagai pitutur (nasehat, petuah, ajaran yang baik), pituduh (bimbingan), pitulungan (pertolongan) dan pitungkas (pesan); di tujuh hari ini ada proses siklis kehidupan {biji, pohon, buah, biji, pohon, buah, dan tatanan hari pasaran pahing - pon - wage- kliwon- legi bersiklus seterusnya];
Kata "Inggih" bisa dipahami dalam konteks subtil "sikap mental" ketekunan manusia iklas tulus menjalani fungsinya sebagai manusia pada tatannya {"Ngoko, Krama, Krama Inggil"} menghasilkan dokrin tekun ulet melakoni menjalani kehidupan "rame ing gawe sepi ing pamrih" simbol etos kerja yang melampaui.Â
Pada bagian ini saya pakai dalam matakuliah etika bisnis, dan etika kerja "rame ing gawe sepi ing pamrih" menciptakan reputasi pada bidang apapun dalam kehidupan manusia berkeutamaan "Ugahari". Ugahari yang dimaksud adalah "uniformity amidst variety" (keteraturan di tengah keberagaman) yang dapat saja ditemukan pada alam semesta;
Pandangan ontologis masyarakat Jawa tentang "kata Inggih" menuju kedalaman keluhuran akal budi murni pada suatu telos " wikan-weruh" sebagai dasar kehidupan moral (tepo sliro, rukun, gotong-royong, musyawarah dan mufakat, serta tanpa konflik batin). Inventarisasi gagasan, (a) sangkan paraning dumadi (awal-akhir realits/alam semesta), (b) sangkan paraning manungso (awal-akhir manusia), (c) dumadining manungso (penciptaan manusia), (d) awal berasal dari Tuhan, (e) akhirnya kembali kepada Tuhan, (f) Tuhan ada semesta atau nampak dialam, dan ada mutlak, (g) alam semesta: pengejawantaan Tuhan, (h) alam semesta dan manusia merupakan satu kesatuan. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H