Terobosan apa? Mengganti pejabat siapapun yang membuat rakyat tambah sulit menderita, banjir, penyakit, dan kemeskinan, Â kebodohan, Â atau univeralitas penderitaan umat manusia tanpa keadilan;
Apakah bisa? (1) Tidak bisa jika semua didasarkan pada rasionalitas kekuasan anggaran dan uang. (2) bisa jika ini pada dasar harga diri sebuah bangsa negara dan martabat manusia, (3) sangat bisa jika semua didasarkan pada rasionalitas, data fakta, akal budi dan jiwa yang berkeutamaan;
Lalu mengapa tidak terjadi dimana suasana rakyat dijadikan objek permainan kekuasaan teralienasi dalam sistem hasrat kekuasan (money is the power); diiringi oleh para penguasa disinggasana siapapun memilih "bermain aman" untuk diri sendiri;
Apa yang terjadi akibat sebuah kekuasaan tidak melayani public dan mengkhianati rakyat yang sudah memilih mereka?
Iya semua apapun yang tidak dirawat dengan amanah, dengan iklas dengan niat baik dan tindakan kongkrit maka tunggu saja kehancuran suatu negara dan bangsa. Akan ada percepatan membusuknya suatu negara atau kota, dan kita menanti percepatan waktu hanya tinggal kenangan.
Pilihannya hanya dua yang mungkin tersisa, berubah membuat terobosan baru mengganti sistem, dan kekuasan;  dalam waktu sesingkat singkatnya  atau membiarkan diri negara kota menjadi kehancuran.Â
Intinya tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang luar bisa jika kita yang melakukan dengan biasa-biasa saja. Hasil yang luar biasa atau prestasi dibangun dari terobosan baru memungkinkan ada kinerja yang luar biasa. Â
Dan ini hanya bisa muncul dari pemimpin yang berani memang apa itu kebenaran yang bersifat melampaui keluar dari pakem yang sudah ada, menciptakan novelty tatanan public menjadi lebih baik.
Namun itu semua adalah pilihan hidup, tetapi sejarah memberitahu kita semua, membiarkan kekuasaan membuat rakyat menderita adalah kesalahan sejarah yang sulit diampuni dipahami. Dan itu harus dilakukan sekarang atau tidak akan pernah ada.
Semoga ada terobosan baru yang memungkinkan adanya pergantian pimpinan yang selalu membuat rakyat menderita. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H