Fakultas Akal Budi Kant
Rerangka Filsafat Immanuel Kant disusun berdasarkan kisah kekuatan pikiran, "kemampuan kognitif" -nya. Salah satu klaim sentral Kant adalah kapasitas kognitif pikiran bergantung pada dua fakultas dasar dan berbeda secara fundamental.
Pertama, ada "sensibilitas." Sensibilitas adalah kemampuan pasif karena tugasnya adalah untuk menerima representasi melalui kasih sayang objek pada indera. Melalui sensibilitas, objek "diberikan" ke pikiran.
Kedua, ada "pemahaman," yang merupakan fakultas aktif yang tugasnya adalah untuk "berpikir" (yaitu, menerapkan konsep untuk) objek yang diberikan melalui sensibilitas.
Tipe paling dasar dari representasi sensibilitas adalah apa yang oleh Kant disebut "intuisi." Intuisi adalah representasi yang merujuk langsung ke objek individual tunggal. Ada dua jenis intuisi.
Intuisi murni adalah representasi apriori dari ruang dan waktu itu sendiri. Intuisi empiris adalah representasi posteriori yang merujuk pada objek empiris tertentu di dunia.Â
Selain memiliki "bentuk" spatiotemporal, intuisi empiris  melibatkan sensasi, yang oleh Kant disebut sebagai "materi" intuisi (dan pengalaman secara umum). (Tanpa sensasi, pikiran tidak akan pernah bisa memikirkan hal-hal nyata, hanya yang mungkin.) Kita memiliki intuisi empiris dari kedua objek di dunia fisik ("intuisi luar") dan objek dalam pikiran kita sendiri ("intuisi dalam").
Tipe paling dasar dari representasi pemahaman adalah "konsep". Tidak seperti intuisi, konsep adalah representasi yang merujuk secara umum ke banyak objek tanpa batas. (Misalnya, konsep 'kucing' sendiri dapat merujuk pada setiap dan semua kucing, tetapi tidak untuk siapa pun secara khusus.)
Konsep merujuk pada objek mereka hanya secara tidak langsung karena mereka bergantung pada intuisi untuk referensi ke objek tertentu. Seperti halnya intuisi, ada dua jenis konsep dasar.
Konsep murni adalah representasi apriori dan mereka mencirikan struktur logis paling dasar dari pikiran. Kant menyebut konsep-konsep ini "kategori." Konsep empiris adalah representasi aposteriori, dan mereka dibentuk berdasarkan pengalaman indrawi dengan dunia. Konsep digabungkan dengan pemahaman menjadi "penilaian," yang merupakan unit pengetahuan terkecil.
Saya hanya dapat memiliki pengetahuan penuh tentang suatu objek di dunia begitu saya memiliki, pertama, memiliki intuisi empiris objek, kedua, mengkonseptualisasikan objek ini dalam beberapa cara, dan ketiga, membentuk konseptualisasi objek intuisi menjadi penilaian.