Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sekali Lagi tentang "Episteme"

5 Februari 2020   03:08 Diperbarui: 5 Februari 2020   03:18 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Episteme, dan paradoks | dokpri

Episteme  mulai dengan berbicara tentang kebutuhan untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kesalahan. Skeptis terpaku pada menghindari kesalahan. Kekhawatiran mereka adalah kecukupan bukti seseorang. Untuk menghindari kebohongan, orang yang skeptis menempatkan standar yang sangat tinggi untuk bukti yang dapat diterima. Untuk beberapa skeptis, standarnya sangat tinggi sehingga setiap kepercayaan menjadi diragukan.

Manusia secara umum setuju   menghindari kebohongan sangat penting. Dan mengingat epistemologi berorientasi pada kebajikan, gagasan tentang bukti itu penting. Tetapi yang lebih penting adalah apakah kita benar menangani bukti yang kita miliki! Orang yang tidak bermoral dapat memutarbalikkan bukti untuk mendukung posisi yang dipegangnya. Tetapi jika kita berbudi luhur secara intelektual, kita akan beroperasi secara berbeda. akan memperlakukan bukti dengan jujur, mengatasi bias terhadap gagasan yang terbentuk sebelumnya dari budaya sendiri, dan menolak untuk menyalahgunakan bukti untuk mendapatkan kekuatan atau untuk berpura-pura kepercayaan hewan peliharaan   lebih unggul.

Demikian pula, keberadaan orang-orang yang secara intelektual tidak berbudi luhur tidak menunjukkan   orang yang berbudi luhur secara intelektual gagal total dalam pencarian mereka akan pengetahuan yang asli. Singkatnya, karena keterbatasan manusia, beberapa hal tidak dapat diketahui. Tetapi jika  menjalankan kebajikan intelektual, kita dapat mencapai pengetahuan asli tentang hal-hal penting. 

Skeptisisme adalah salah satu alat menguji kebodohan manusia. Maka agak berbeda dengan omongan para penulis di media, dan pejabat Negara Indonesia pentingnya optimisme yang terkesan palsu atau terlalu berhasrat tanpa mengukur fakta, apapun data dan fakta  Negara sukses didalam sejarah membangun peradaban manusia ditempuh dengan episteme  kerangka Skeptisisme;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun