Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tulisan [3], Marx Apakah Agama adalah Candu Masyarakat?

8 Desember 2019   11:53 Diperbarui: 8 Desember 2019   11:59 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan [3]  Agama memberi alasan bagi orang miskin untuk menerima nasib buruk mereka dalam hidup; Pandangan Karl Marx tentang bagaimana agama adalah 'candu bagi rakyat' dan melanggengkan ketimpangan sosial.

Ini akan membahas bagaimana Karl Marx percaya   agama adalah cara bagi orang miskin untuk menerima kemiskinan mereka dan bagi orang kaya untuk mengendalikan orang miskin; Agama adalah mengalienasikan manusia menjadi manja, dan tidak mandiri dalam mengembangkan semua potensi secara rasional;

Sejauh ini, kita telah belajar tentang pandangan-pandangan Karl Marx tentang kelas sosial, ketidaksetaraan sosial, dan penderitaan rakyat kelas pekerja. Menurut Marx, masyarakat dipandang sebagai dua kelas: yang kaya dan yang miskin. Adalah keyakinannya   struktur kelas sosial pada waktu itu dibentuk untuk memungkinkan orang kaya mengendalikan semua elemen produksi dan menjadi lebih kaya dari buruh kelas pekerja.

Satu teori yang diyakini oleh Karl Marx adalah   sistem kapitalis menciptakan perasaan keterasingan bagi para pekerja (perasaan tidak berdaya) dan dengan demikian agama akan menjadi sarana bagi para pekerja untuk menerima nasib buruk mereka dalam kehidupan. Agama juga akan digunakan oleh orang kaya untuk secara tidak sadar mengendalikan massa atau rakyat biasa.

Marx memahami   agama melayani tujuan atau fungsi dalam masyarakat tetapi tidak setuju dengan dasar fungsi itu. Bagi kebanyakan orang, agama dilihat melalui iman atau ajaran yang dianggap benar. Agama mengajarkan moralitas, nilai-nilai, dan keyakinan   masyarakat akan mengadakan evaluasi terhadap perilaku.

Marx kesulitan mempercayai kebenaran yang tak terlihat. Dasar argumennya adalah   manusia harus dipimpin oleh akal dan   agama menutupi kebenaran dan menyesatkan pengikut berpikir kebebasan, rasionalitas, dan membangun peradaban. Dia percaya   ketika seseorang memandang masyarakat dan kehidupan melalui kacamata agama, mereka buta akan realitas kehidupan mereka.

Agama, kemudian, adalah harapan palsu dan penghiburan bagi orang miskin. Dia melihat   orang miskin menggunakan agama mereka sebagai sarana untuk menemukan kenyamanan dalam keadaan mereka, sehingga membantu dalam proses pengasingan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun