Apakah Manusia itu Ada
Apakah manusia itu ada. Mungkin jawabannya karena ada bahasa. Jika tanpa bahasa maka semuanya tidak ada, ada adalah bahasa, tidak ada karena belum dibahasakan. Lalu apakah manusia itu ada.Â
Semua adalah berubah, kucing, anjing, batu, pasir, lele, Laron, udang, pohon, pintu jendela, kura-kura, sapi, prit, bayi, codot, cacing, pinang, pisang, ketela, panic, fanjang, bantal, sofa, tidak ada yang abadi, semua berproses menjadi, tidak ada yang abadi, semua berubah, berevolusi menjadi.
Ini semua akibat waktu, maka salah satu unsur cara pandang filsafat Tuhan adalah waktu itu sendiri. Tanpa waktu semua ditandak ada apa-apa. Biji pohon biji, mati, biji pohon mati, terjadi lah siklus disatu sisi, dan pada sisi lain terjadilah evolusi dalam factor genetika dan hereditas pembawa gen;
Ada anjing berkepala manusia, ada ikan memiliki tanduk, ada manusia berkepala moyet, ada kepiting menjadi buaya, ada ular menjadi matahari, ada bintang menjadi intan, dan seterusnya. Dari mana mereka ada dan asalnya?
Ada lah 4 anasir udara, api, tanah dan angin, lalu datanglah sebuah bunyi suara tanpa rupa sehingga ada panggilan nama; nama-nama benda itu sebagai ada dan menjadi begitu saja;
Manusia tidak tahu berasal dari mana, ada dimana dan mau kemana, dan persis disinilah manusia mengalami keterlemparan dalam kecemasan. Manusia cemas, dan terus cemas, kecemasan ini menimbulkan sesuatu yang lain dari dirinya; dia terus mencari dan mencoba memahami dirinya, dan bukan dirinya. Â Dan semua adalah berasal pada kecemasan, dan penderitaan, dan ketakutan akan mati; padahal mati adalah siklus abadi dalam waktu;
Lalu bagimana manusia yang telempar dan cemas tadi pada episode berikutnya. Itulah sejarah, semua yang ada didunia ini, manusia, tapir, babi, anjing, presiden, raja, hampa, kuli, budak, terhimpun dalam keterlemparan tanpa makna;
Apakah betul manusia itu ada, kuncing, pintu jedela, ayam, rusa, kijang, bonglon, batu, api, air, aingin, dan tanah itu benar-benar ada. Jika mau jujur tidak ada yang tahu jawabannya; alasanya karena itu semua adalah kata sejarah; kata agama, kata pak guru, kata buku, kata orang tua, kata masyarakat, kata kamus, dan kata-kata yang sudah ada sebelum kita sekarang ada;
Mengapa manusia tidak menjadi penafsir pertama, tanpa menggunakan kata sejarah, dan seterusnya; mengapa manusia tidak menanta ulang semuanya ini sebagai revolusi bahasa, dan revolusi pemahaman. Manusia tanpa sejarah; apakah mungkin. Muka saya adalah sejarah dari persilangan muka mama dan papah, opma, oma. Jadi saya adalah sejarah;
Hapuslah sejarah, dan buatlah kelupaan semuanya [hilangkanlah ingatanku] hapuslah sejarah, hapuslah memori dan ingatan, kenangan, dan tidak bisa ingat masa lalu; mari berevolusi dan refeormasi diri dengan memahami sesuatu secara primordial; Hilangkan dikotomi senang susah, atas bawah, tua muda, kiri kanan, muka belakang, awal akhir, kaya meskin, ada tidak ada, hitam putih;