Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kehidupan adalah Totalitas Penderitaan

25 November 2019   10:21 Diperbarui: 25 November 2019   10:20 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehidupan Manusia Adalah Buah Tragedi

Semua yang ada dibawah matahari adalah tragedy kehidupan. Semuanya berubah, tidak ada yang tetap dan abadi. Ayam lahir, tumbuh, bertelor juga mati, demikian juga manusia lahir, dewasa, menikah, tua, dan mati. Dan ada juga yang mati muda, mati tabrakan, dan mati bunuh diri. Nampaknya semua hal didunia ini bukan realitas yang sebenar-benarnya

Kelahiran, pernikahan, perjumpaan, jabatan, kepintaran, kemeskinan, adalah bagian totalitas penderitaan umat manusia. Ada hal lain yang menggerakkan dalam bawah sadar bahwa kehidupan ini adalah akumulasi penderitaan, dan penderitaan;

Tidak ada yang bisa aku kuasai dalam hidup ini, semua tidak akan merubah keadaaan, semua berada dalam siklus penderitaaan. Ada orang gila jabatan, gila membangun Negara, gila kejujuran, tetapi akhir kehidupannya mati juga, dan menjadi debu tanah, bahkan tidak ada bedanya dengan kucing tetangga sebelah yang mati ditabrak;

Kehidupan adalah penderitaan, dan penderitaan, tanpa ada kebahagian abadi, yang ada adalah penderitaan bersifat totalitas. Jikapun ada moral, kebaikan, dan apapun namanya itu sekedar hiburan pada mental budak, dan mental transaksional yang disangka membawa kebaikkan tetapi akhirnya waktu akan menghilangkan segala hal.

Waktu berubah semua berubah, hilang ditelan waktu. Tidak ada yang disebut ide fixed semua adalah menjadi semacam permainan tak akhir tanpa tujuan, dan bergerak dalam lingkaran setan. Hidup adalah totalitas penderitaan.

Tanah dimakan cacing, cacing dimakan ayam, ayam dimakan manusia, dan manusia dimakan tanah. Pohon meminjam tanah supaya bisa hidup, tetapi pada akhirnya pohon harus membusuk dan mengembalikan pinjaman kehidupan sebelumnya kepada tanah. Siklus penderitaan, tanpa makna kehiduapan apapun.

Kehidupan adalah terjebak dalam permainan sia-sia belaka, dan tanpa hasil apapun. Jika pun manusia menikah mencari kebahagaian sesungguhnya pernikahan adalah awal penderitaaan, karena lahirnya anak akan membunuh kita pelan pelan [membunuh materialisme], uang diambil anak, mobil diambil anak, gaji diambil anak, rumah diambil anak, dan seterusnya.... maka   pernikahan adalah mempercepat kematian dalam siklus penderitaan;

Kehidupan adalah tragedi, dan masalah tidak akan pernah berhenti ada dunia ini hanyalah panggung sandiwara belaka, tanpa awal, tanpa akhir, tanpa tujuan apapun, yang diketahui hanyalah penderitaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun